Minggu, 17 Maret 2013

FAMILY SYSTEMS THERAPY

PERKEMBANGAN FAMILY SYSTEMS THERAPY

Pada 1960an dan 1970an, pendekatan psikodinamik, behavior dan pendekatan humanistis (masing-masing disebut kekuatan pertama, kedua dan ketiga) mendominasi teori dan konsep konseling dan psikoterapi, termasuk pada konseling keluarga. Dewasa ini, berbagai pendekatan dapat digunakan pada sistem keluarga sehingga mengakibatkan adanya pergeseran paradigma yang dapat bahkan disebut sebagai ‘kekuatan keempat’. Saat ini telah banyak terapis yang secara kreatif menggunakan berbagai macam perspektif/pendekatan ketika menjalankan terapi.
Dalam perkembangannya, Family Systems Therapy mengalami beberapa inovasi yang berhubungan dengan beberapa tokoh kunci Family Systems Therapy. Beberapa perkembangan tersebut antara lain sebagai berikut.
 
a)     Adlerian Family Therapy
Pendekatan yang digunakannya dalam Adlerian family therapy ialah pendekatan sistemis yang telah lama digunakannya sebelum teori-teori tersebut diaplikasikan dalam dunia psikoterapi. Konseptualisasi yang dicetuskan Adler dapat ditemukan di dalam prinsip-prinsip dan praktek model yang lainnya.
Dalam Corey (2009) dijelaskan bahwa Adler adalah orang pertama yang mengamati perkembangan anak di dalam konstelasi keluarga (frase yang digunakan untuk sistem keuangan) yang sangat dipengaruhi oleh urutan kelahiran, dan urutan kelahiran tersebut mempunyai konsistensi terhadap masing-masing posisi. Adler juga menjelaskan bahwa setiap perilaku mempunyai tujuan, dan anak-anak seringkali bertindak dalam pola yang dimotivasi oleh keinginan untuk memiliki, bahkan ketika pola tersebut salah atau sia-sia.
Dalam perkembangannya, Dudolf Dreikurs (1973) memperbaiki konsep Adler ke dalam tipologi dari tujuan yang salah (yang dibuat individu) dan menciptakan pendekatan terorganisasi terhadap terapi keluarga. Sebuah asumsi dasar dari Adlerian Family Therapy modern adalah baik orangtua ataupun anak seringkali terkunci di dalam pengulangan, interaksi negatif yang didasarkan pada kesalahan penetapan tujuan yang memotivasi semua pihak terlibat. Walaupun banyak Adlerian Family Therapy yang dilakukan dalam sesi pribadi, Adler juga menggunakan model pendidikan untuk konsultasi keluarga yang dilakukan pada forum publik terbuka di sekolah, agensi masyarakat, dan secara khusus dirancang untuk pusat pendidikan keluarga.

b)     Multigenerasional Family Therapy
Murray Bowen adalah salah seorang pencetus aliran utama dalam Family Systems Therapy. Teori sistem keluarga miliknya, merupakan model teoritis dan klinis yang terlibat dari prinsip-prinsip dan praktek psikoanalitis, disebut juga terapi keluarga multi generasional. Bowen beserta timnya mengimplementasikan sebuah pendekatan inovatif terhadap penderita schizophrenia di Lembaga Nasional Kesehatan Mental. Dalam pelaksanaannya, Bowen benar-benar ramah dengan seluruh keluarga, sehingga sistem keluarga dapat menjadi fokus terapi.
Observasi yang dilakukan Bowen membawa dia pada ketertarikannya pada pola keluarga dalam lintas generasi. Dia berpendapat bahwa masalah yang terjadi pada salah seorang dalam keluarga tidak akan mengalami perubahan yang signifikan sampai pola hubungan dalam asal usul sebuah keluarga dipahami dan secara langsung ditantang untuk berubah. Multigenerasional family therapy ini beroperasi dengan dasar bahwa pola hubungan interpersonal yang dapat diprediksi berhubungan dengan fungsi dari anggota keluarga lintas generasi. Menurut Kerr dan Bowen (1988), penyebab dari masalah individual hanya dapat dipahami dengan melihat pada peranan keluarga sebagai unit emosional. Diantara unit dalam keluarga, penyatuan secara emosional belum terselesaikan dalam satu keluarga harus diketahui jika ingin mencapai kematangan dan kepribadian yang unik. Masalah emosional tersebut akan terus terjadi  dari generasi ke generasi sampai masalah tersebut dapat ditangani secara efektif. Perubahan harus terjadi pada setiap anggota keluarga lain dan tidak dapat diselesaikan hanya oleh seorang individu didalam ruang konseling.
Salah satu konsep Bowen dalam multigenerasional family therapy adalah triangulasi, sebuah proses dimana triad (tiga orang) menghasilkan pengalaman two-against-one. Bower mengasumsikan bahwa triangulasi dapat terjadi secara mudah antara anggota keluarga dan terapi atau konselor, merupakan alasan mengapa Bowen sangat menekankan pada klien untuk menyadari isu keluarga mereka sendiri (Kerr dan Bowen,1988).  Kontribusi utama dari multigenerasional family therapy adalah ide diferensiasi diri. Diferensiasi diri melibatkan pemisahan sisi psikologis dari inteleklual, emosi, dan ketergantungan diri kepada orang lain. Dalam proses individualisasi, seorang individu memperoleh identitas diri, dan memungkinkan keluarga mereka menerima tanggung jawab pribadi terhadap pemikiran, perasaan, persepsi dan aksi yang mereka lakukan.

c)      Human Validation Process Model
Ketika Bowen mengembangkan pendekatannya, Virginia Satir (1983) mulai menekankan pada hubungan keluarga. Pendekatan yang dicetuskannya mulai membawanya untuk percaya pada nilai dari sebuah kekuasaan , hubungan pengasuhan yang didasarkan pada kesukaan dan pesona yang kuat dengan siapa saja yang dia peduli. Satir memposisikan dirinya sebagai detektif yang berusaha mengajukan dan mendengarkan refleksi penghargaan diri dalam berkomunikasi dengan klien. Satir bekerja dengan gadis remaja, dirinya terkejut ketika mengetahui bahwa komunikasi dan perilaku kliennya berubah ketika ibunya hadir. Saat dia membina hubungan mereka, mulai terjadi kembali pada si gadis remaja itu ketika ditanya soal ayahnya. Saat ayahnya hadir, komunikasi dan perilaku ibu dan anak perempuan berubah. Berdasarkan kejadian ini, Satir menemukan kekuatan dari terapi keluarga, pentingnya komunikasi dalam interaksi keluarga, dan nilai dari validasi terapi dalam proses perubahan (Satir dan Bitter, 2000 dlam Corey, 2009)).
Pengalaman dan pendekatan humanis disebut dengan model proses validasi manusia, dan tahapan kerja awal dengan keluarga dikenal dengan terapi keluarga conjoint (Satir 1983). Satir dengan intuisi yang tinggi dan percaya bahwa spontanitas, kreativitas, humor, pengungkapan diri, pengambilan resiko, dan sentuhan pribadi; merupakan bagian dari family systems therapy. Dalam pandangannya, teknik tersebut adalah sekunder terhadap hubungan yang dikembangkan terapis dengan keluarga.

d)     Experiential Family Therapy
Carl Whitaker adalah pelopor terapi keluarga berdasarkan pengalaman, dikenal juga dengan pendekatan experiential-symbolic; sebuah aplikasi terapi eksistensial terhadap sistem keluarga, yang menekankan pada pilihan, kebebasan, penentuan diri, pertumbuhan, dan aktualisasi (Whitaker dan Bumberry, 1988). Seperti Satir dan pendekatan eksistensial lainnya, Whitaker menekankan pada pentingnya hubungan antara keluarga dengan terapis. Whitaker lebih konfrontatif dalam menanggapi “kenyataan” daripada Satir, yang lebih pada pengasuhan. Terhadap tujuan hidupnya, dia hanya melihat keluarga, dan bahkan mencoba berkomunikasi dan berasosiasi dengan keluarga.
Experiential Family Therapy dilakukan untuk membuka topeng kepura-puraan dan menciptakan makna baru, membebaskan anggota keluarga untuk menjadi diri sendiri. Whitaker tidak mengajukan berbagai macam metode; yang membedakannya yakni keterlibatan terapis dengan keluarga, dengan memunculkan reaksi spontan (dari terapis atau konselor) terhadap situasi sekarang dan dirancang untuk meningkatkan kesadaran klien, dan untuk membuka interaksi yang baru dengan keluarganya.

e)      Structural-Strategic Family Therapy
Asal usul terapi sistem keluarga dapat di telusuri dari awal 1960an ketika Salvador Minuchin melakukan terapi, pelatihan dan penelitian pada anak remaja dari keluarga miskin. Minuchin (1974) menjelaskan bahwa gejalan individual dapat dipahami dari sudut pandang pola interaksi dengan keluarga dan bahwa perubahan struktural harus terjadi dalam keluarga sebelum gejelan individual tersebut dikurangi atau dieliminasi. Ada dua tujuan dari structural family therapy, yaitu: 1) mengurangi symptom disfungsi dan 2) membawa perubahan struktural dalam sistem dengan memodifikasi aturan keluarga dan mengembangkan batasan yang lebih tepat.
Dalam akhir 1960an Jay Haley bergabung dengan Minuchin di Philadelphia Child Guidance Clinic. Pada akhir 1970an, pendekatan struktural-strategis paling banyak digunakan dalam family systems therapy. Model ini berusaha mereorganisasi struktur disfungsional atau problematis dalam keluarga, menetapkan batas, ketidakseimbangan, membuat kerangka ulang, siksaan, dan pengumuman semuanya menjadi bagian dari proses terapi keluarga. Tidak banyak berhubungan dengan eksplorasi atau interpretasi masa lalu, tetapi lebih pada tipe pola interaksi, untuk mereorganisasi subsistem atau hirarki keluarga, dan untuk memfasilitasi perkembangan penggunaan transaksi yang lebih bermanfaat atau fleksibel.
Model struktural dan strategis berbeda dalam hal bagaimana masing-masing memandang masalah keluarga: Minuchin (1974) cenderung melihat kesulitan keluarga dan individual sebagai gejala-gejala. Sementara Haley (1976) melihat mereka sebagai masalah ‘riil’ yang membutuhkan jawaban riil. Kedua model tersebut bersifat pengarahan, dan keduanya mengharap terapis atau konselor untuk menguasai level keahlian tertentu untuk melakukan proses terapi keluarga.
Pada tahun 1974, Haley dan Cloe Madanes memulai Lembaga Terapi Keluarga di Washington DC. Selama 15 tahun mereka menulis, mengembangkan dan mempraktekkan terapi, dan memberikan pelatihan intensif dalam terapi keluarga strategis. Pendekatan strategis mereka melihat masalah yang ada sekarang sebagai riil dan metafora bagi fungsi sistem. Penekanan yang besar diberikan kepada kekuasaan, kontrol, dan hirarki dalam keluarga dan sesi terapi. Haley (1984) dan Madane (1981) lebih tertarik pada aplikasi praktis intervensi strategis untuk memperbaiki masalah keluarga daripada memformulasikan teori terapi berbeda dari model struktural. Ini secara khusus terbukti pada model Madanes (1990) untuk bekerja dengan keluarga yang memasukkan pelanggaran gender. Madanes membawa perspektif humanistis kepada terapi strategis dengan mengalamatkan perlunya cinta dan menekankan pada aspek terapi perawatan.

f)       Recent Innovations
Dalam beberapa dekade yang lalu, feminism, multiculturalism, dan postmodern social constructionism telah memasuki seluruh bidang terapi keluarga. Model ini lebih kolaboratif, memperlakukan klien–individual, pasangan atau keluarga- sebagai ahli dalam kehidupan mereka sendiri. Percakapan terapi mulai dengan konselor dalam "decentered" atau posisi "tidak-tahu" di mana klien didekati dengan rasa ingin tahu dan dengan perhatian. Terapis secara sosial aktif membantu klien dalam mengambil sikap menyesuiakan tindakan yang akan dilakukan terhadap budaya dominan yang menindas mereka.
Tom Andersen (1987, 1991) mempraktekkan family systems therapy di Norwegia Barat, dan pendekatan Family Systems Therapy didasarkan pada psikiatri constructionism sosial,  Andersen telah mempelopori program kesehatan mental berbasis masyarakat dan melakukan sebuah pendekatan “reflections teams” terhadap family systems therapy.

B.    Hakikat Manusia
Hakikat manusia dalam family systems therapy  secara singkat dapat dijelaskan bahwa manusia dalam perkembangan kehidupannya akan selalu berhubungan dengan sistem kehidupan. Usaha untuk berubah akan difasilitasi dengan sebaik-baiknya dengan mempertimbangkan hubungan atau keluarga secara keseluruhan. Oleh karena itu, pendekatan penanganan secara komprehensif ditujukan pada keluarga. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa keluarga merupakan unit interaksional, yang memiliki sejumlah ciri unik sendiri, sehingga memungkinkan untuk terjadinya penilaian yang kurang akurat dari perhatian secara individual tanpa mengamati interaksi anggota keluarga lainnya. Meneliti dinamika internal individu tidak hanya cukup memperhatikan hubungan interpersonal, karena akan memberikan gambaran yang tidak lengkap.
Keluarga memberikan konteks primer untuk memahami bagaimana individu berfungsi dalam hubungan dengan orang lain dan bagaimana mereka berperilaku. Keluarga dipandang sebagai unit fungsional lebih dari kumpulan peranan anggota. Tindakan anggota keluarga secara individual akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga lainnya, dan interaksi mereka memiliki pengaruh timbal balik untuk setiap individu dalam keluarga tersebut yang terjadi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Goldenberg dan Goldenberg (2010) menunjukkan perlunya seorang terapis atau konselor untuk melihat perilaku secara menyeluruh, termasuk semua gejala yang diekspresikan oleh individu, ditambahkannya, orientasi sistem tidak menghalangi untuk menangani dinamika secara individu.
Sebagaimana dengan perkembangan individu, Family Systems dapat dilihat sebagai suatu proses perkembangan yang berkembang dari waktu ke waktu. Model perkembangan kehidupan keluarga meliputi family life cycle (siklus kehidupan keluarga) dan  the family life spiral.

*      FAMILY LIFE CYCLE
Jay Haley (1993) merupakan orang pertaman yang memberikan penawarkan penjelasan secara rinci dari Family Life Cycle (siklus kehidupan keluarga). Haley mengidentifikasi enam tahap perkembangan, mulai dari masa saling mengenal hingga usia lanjut. Haley tertarik dalam memahami kekuatan keluarga yang dimiliki oleh seorang individu dan tantangan yang mereka hadapi ketika saat menjalani siklus kehidupan. Haley memiliki hipotesis bahwa gejala-gejala dan disfungsi yang muncul ketika ada gangguan dalam mengantisipasi siklus kehidupan terjadi secara alamiah.
Seiring waktu, ketegangan pasti akan muncul dalam keluarga karena adanya perubahan perkembangan yang mereka hadapi (Smith & Schwebel, 1995). Keluarga yang mengalami tekanan merupakan keluarga yang akan intens untuk melakukan negosiasi antar anggota dalam hal-hal tertentu yang dapat mempengaruhi proses transisi ke tahap selanjutnya dalam siklus kehidupan keluarga mereka (Carter & McGoldrich 2004). Pada tingkatan tertentu, tekanan ini dapat dilihat sebagai bagian dari respon keluarga terhadap tantangan dan perubahan hidup mereka dalam proses melewati siklus kehidupan mereka, misalnya, seorang pasangan mungkin akan mengalami ketegangan untuk beberapa saat dengan orangtua mereka saat pasangan tersebut akan melakukan proses transisi dengan kelahiran anak pertama mereka. Pada tingkat lain, tekanan dimungkinkan muncul sebagai hasil warisan multigenerasi keluarga yang dapat mempengaruhi dan menentukan sikap keluarga, hal-hal yang dianggap tabu, harapan-harapan, dan pelabelan-pelabelan, serta isu-isu yang dimuat, misalnya, selama beberapa generasi terdapat penggambaran (dan bahkan mungkin telah menjadi aturan) bahwa laki-laki tidak bisa dipercaya untuk mengurusi keuangan, dan terdapat kemungkinan untuk terjadinya penekanan yang dipaksakan jika tidak ada wanita.
Ketika penekanan terjadi pada tingkat yang lebih tinggi, maka dimungkinkan seluruh keluarga akan mengalami krisis yang akut. Terapis atau konselor keluarga dapat menemukan kesulitan untuk menentukan sumber yang tepat dari stres yang terjadi pada suatu keluarga, tanpa mengetahui dan mengidentifikasi kondisi-kondisi lain yang juga berpengaruh terhadap munculnya tekanan dan stres yang terjadi tersebut, baik yang telah terjadi pada generasi-generasi sebelumnya maun yang sedang terjadi saat ini.

*      THE FAMILY LIFE SPIRAL
Combrinck-Graham (1985) membangun suatu model nonlinier dari pengembangan strukutr keluarga yang disebut the family life spiral. Family life spiral didalamnya mencakup berbagai macam tugas perkembangan dari tiga generasi secara keseluruhan dan saling mempengaruhi satui dengan yang lain. Isu perkembangan yang terjadi dalam setiap orang dapat dilihat kaitannya dengan anggota keluarga yang lainnya. Family life spiral jika digambarkan tampak seperti tornado yang terbalik. Family life spiral pada bagian atas menggambarkan kedekatan keluarga selama periode sentripetal dan pada bagian bawah tergambar mewakili periode sentrifugal dengan jarak yang lebih besar antara sesama anggota keluarga.

Centripetal Periods. Kedekatan dalam kehidupan keluarga disebut dengan sentripetal untuk menunjukkan berbagai kekuatan dalam sistem keluarga yang terus dipertahankan secara bersama-sama (Combrinck-Graham, 1985). Centripetal Periods (CPs) ditandai dengan orientasi batin yang membutuhkan sebuah ikatan yang intens dan kohesif, misalnya anak usia dini, membesarkan anak, dan grandparenting. Baik individu maupun anggota keluarga keluarga yang lain menekankan kehidupan keluarga secara internal selama periode ini. Akibatnya, batas-batas antara anggota menjadi lebih tersebar sehingga dapat meningkatkan kerjasama antar anggota. Sebaliknya, berbeda dengan batas internal yang tersebar kepada sesama anggota keluarga, batas-batas eksternal terkesan menjadi lebih dibatasi dan seolah-olah sebuah keluarga “membuat sarang” untuk dapat mengurus dirinya sendiri.

Centrifugal Periode. Ketidakterikatan atau terpisah dalam kehidupan keluarga disebut sentrifugal untuk menunjukkan dominasi kekuatan keluarga untuk menarik keluarga terpisah (Combrinck-Graham, 1988). Centrifugal Periode (CF) yang ditandai dengan orientasi ke luar dari sebuah keluarga. Dalam periode ini, fokus pembangunan struktur keluarga adalah pada tugas-tugas yang menekankan pada identitas pribadi dan otonomi, seperti remaja, paruh baya, dan pensiun, seiring dengan hal tersebut, batas eksternal keluarga menjadi longgar, struktur keluarga lama yang domodifikasi, dan jarak antara anggota keluarga biasanya meningkat.

The Family Merry-Go-Round. Istilah sentripetal dan sentrifugal dalam hal ini menunjukkan adanya tarikan dan dorongan kekuatan dalam struktur kehidupan keluarga. Jika dianalogikan, kekuatan ini hampir sama dengan proses mengendarai komidi putar. Keluarga berada dalam proses terus-menerus untuk saling mendorong dan menarik guna menyesuaikan diri dengan berbagai macam peristiwa kehidupan. Periode dalam keluarga dapat beralih dari periode sentripetal menjadi periode sentrifugal bergantung pada tugas perkembangan yang akan dicapai dalam suatu tahapan siklus kehidupan keluarga tersebut. Sebuah keluarga biasanya akan mencapai satu siklus setiap 25 tahun. Periode ini merupakan waktu untuk menghasilkan generasi baru. Dalam setiap siklus keluarga yang terjadi, anggota keluarga yang berbeda akan mengalami pergeseran. Pergeseran dalam perkembangan ini disebut dengan oscillations yang memberikan kesempatan bagi anggota keluarga untuk melatih kedekatan dan dan keterlibatan dirinya dalam periode sentripetal dan kemandirian dalam periode sentrifugal (Combrinck-Graham, 1985).

Implications for Practice. Periode sentripetal maupun sentrifugal mendefinisikan kondisi patologis. Periode ini menggambarkan gaya hubungan keluarga pada tahap tertentu dalam family life spriral. Pembentukan suatu respon tertentu muncul ketika ada anggota keluarga yang dihadapkan dengan suatu peristiwa di luar antisipasi family life spiral. Misalnya, kematian mendadak, kelahiran anak cacat, penyakit kronis, atau perang. Bagi beberapa keluarga, tekanan akan muncul terkait dengan hal-hal tersebut. Intensitas dan durasi kecemasan keluarga akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk membuat transisi yang diperlukan. Tujuan terapi keluarga adalah untuk membantu keluarga melewati krisis yang terjadi selama masa transisi, sehingga dapat melanjutkan ke tahap berikutnya dalam proses kehidupan keluarga tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar