Kamis, 14 November 2013

Performa Kreativitas Pribadi

Gelang dari Tali Sepatu

Saya pernah membuat gelang dari tali sepatu. Ide itu muncul karena saya melihat ada tali sepatu yang tidak dipakai, maka muncullah ide untuk membuat gelang. Dan kebetulan saya sangat suka memakai gelang. Lalu saya mulai mencoba-coba membuatnya. Dan ini hasilnyaaa......


Nah, selanjutnya saya akan mengaitkan performa ini dengan teori yang telah saya pelajari di kelas kreativitas, yaitu teori 4P. Berikut adalah penjabarannya..


1.     Pribadi
Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif ialah yang mencerminkan individu tersebut.  
Saya adalah pribadi yang sangat suka membuat sesuatu yang menurut saya akan menjadi sesuatu yang unik. Ide-ide pun muncul ketika saya sedang berdiam diri dikamar. Saya termasuk orang yang suka menyendiri dikamar. Jika saya lihat ada barang yang nganggur atau sudah tidak dipakai lagi, saya suka mencoba-mencoba menggunakan bahan-bahan yang ada agar menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan. Pada saat saya sendirianlah ide-ide kreatif itu pun mulai bermunculan. Salah satu contohnya seperti membuat gelang dari tali sepatu.

2.    Pendorong
Bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorangan dan dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri untung menghasilkan sesuatu. Adanya dorongan dari luar seperti lingkungan, sekolah, dan keluarga sangat  berperan. Tetapi yang paling berperan untuk mendorong motivasi yang saya miliki ini adalah diri saya sendiri. Karna saya merasa memiliki motivasi yang kuat. Jika saya sudah berniat melakukan sesuatu, maka harus saya lakukan sampai tuntas. Itulah motivasi yang saya tanamkan dari dulu. Orang tua pun selalu mendukung jika saya ingin membeli barang-barang yang unik atau lucu-lucu. Karena mereka cukup mengetahui bakat yang saya miliki. Dan yang saya hasilkanpun, dapat saya berikan kepada keluarga terdekat seperti adik dan kedua orangtua saya. Gelang yang saya buat dari tali sepatu itu pernah saya berikan kepada adik saya.

3.    Proses
Untuk mengembangkan kreativitas, anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif dengan membantu sarana prasarana yang diperlukan. Dalam aspek ini, menurut pengalaman saya, dilingkungan keluarga maupun dilingkungan sekolah sama-sama memberikan kebebasan kepada saya untuk dapat mengeksplorasi hasil-hasil dari ide kreatif saya. Kedua orang tua saya juga memberikan waktu dan tempat kepada saya agar saya bisa berkonsentrasi saat saya berfikir dan memulai membuat barang-barang yang unik. Dan pada saat saya masih duduk dibangku SMP, ada salah satu pelajaran yaitu "prakarya". Nah di pelajaran itulah saya mengembangkan bakat-bakat dari bahan yang diberikan oleh sekolah. Dan saya pernah menunjukkan salah satu buatan saya sendiri yaitu gelang dari tali sepatu dan guru saya memberikan respon yang sangat baik bahkan saya diberikan reward karna saya dianggap salah satu anak yang kreatif.

4.    Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauhmana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses kreatif. Dari hasil yang saya lakukan, sangat jelas sekali produk yang saya hasilkan dari kondisi pribadi saya sendiri. Karna saya sangat senang melakukan hal-hal tersebut, membuat karya-karya yang bermanfaat bukan hanya untuk diri saya saja melainkan buat orang lain.

Dari hasil coba-coba ide yang saya punya tersebut, akhirnya jadilah gelang yang menurut saya sangat menarik. Dari campuran warna hijau, biru, dan ungu. Dan sangat bermanfaat untuk saya. Jika ada barang-barang yang tidak dipakai, menurut saya sangat disayangkan jika dibuang karena kita bisa membuat sesuatu yang unik dan menarik. Hanya tinggal berfikir untuk mengeluarkan ide-ide yang kreatif. Mungkin bisa di coba-coba oleh teman-teman dirumah :)

Rabu, 13 November 2013

Resume Pembelajaran dan Teknik Kreatif


Kurikulum berdiferensiasi untuk siswa berbakat

      Kurikulum adalah serangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Departemen pendidikan dan kebudayaan 1994:4).


  Kurikulum Berdiferensiasi


            Kurikulum umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak pada umumnya, sedangkan kurikulum berdeferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan dalam minat dan kemampuan anak didik (Utami munandar,1992) . Untuk melayani kebutuhan pendidikan anak berbakat perlu diusahakan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu yang memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual siswa (Ward,1980). Kurikulum berdiferensiasi bertujuan memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual siswa.

Beberapa unsur pokok yang perlu diperhatikan dalam kurikulum berdeferensiasi untuk siswa berbakat (clark,1983) :

·         Materi yang lebih maju
·         Bekerja dengan konsep dan proses pemikiran   yang abstrak
·         Mencipta informasi dan produk baru
·         Pengembangan dari pertumbuhan pribadi dalam sikap an Perasaan

Sisk (1987) merumuskan asas kurikulum yang berdeferensiasi yang dikembangkan oleh Leadership Training Institute sebagai berikut :

·         Menyampaikan materi yang berhubungan dengan tema yang luas
·         Memadukan banyak disiplin dalam bidang studi
·         Mengembangkan keterampilan belajar yang mandiri atau diarahkan kepada diri sendiri

  Modifikasi Kurikulum
      Maker (1982) menekankan bahwa kurikulum anak harus dimodifikasi agar memperoleh pembelajaran yang sesuai, diantaranya adalah lingkungan belajar, konten pembelajaran, proses atau metode pembelajaran dan proses belajar siswa. Dengan demikian siswa berbakat menjadi pelajar yang aktif dalam lingkungan yang memupuk perkembangan keterampilan dan kemampuan baru.
            Hal yang perlu dimodifikasi ialah:
1.    Modifikasi konten kurikulum
2.    Modifikasi Proses/metode pembelajaran
3.    Modifikasi produk belajar
4.    Memilih modifikasi yang sesuai
5.    Modifikasi lingkungan belajar
6.    Rencana Kurikuler


 Ilmu pengetahuan alam untuk siswa berbakat


v  Sains (IPA) dan dan matematika amat penting dalam pendidikan siswa saat ini dan memerlukan pengembangan tesu menerus. Memenuhi kebutuhan siswa berbakat dalam sains (IPA) dan matematika penting untuk kesejahteraan masyarakat dan individu

v  Bahasa tidak hanya merupakan alat sosialisasi tetapi juga sebagai dassar perkembangan kecerdasan. Pembelajaran bahasa menekankan pengarahan diei,keterampilan kreatif produktif, abstraksi dan pemikiran tingkat tinggi serta penggunaan tema yang luas dalam prestasi materi.

v  Dalam pembelajaran IPS untuk siswa berbakat,penekanannya adalah memberikan siswa berbakat, alat untuk memberikan sumbangan orisinal terhadap masyarakat dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.


Model belajar mengajar kreatif

Banyak model belajar mengajar yang dapat digunakan dan bermanfaat bagi ssiswa pada umumnya dan khususnya bagi siswa berbakat di dalam kelas.  Berikut ini 8 model yang dapat memberikan sumbangan bermankan bagi pendidikan siswa berbakat, khususnya yang berkenaan dengan pengembangan kreativitas. Untuk kurikulum yang komprehensif model dapat digabung untuk digunakan dalam tujuan tertentu .

Khususnya untuk pengembangan kreativitas anak berbakat , setiap model itu diantaranya :

1.     Taksonomi Bloom tentang Sasaran Pendidikan Ranah Kognitif memungkinkan peningkatan berpikir kreatif melalui sintesis.

2.     Model Struktur Intelek dari Guilford, melalui kategori berpikir divergen, aspek-aspek seperti kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi dalam berpikir dapat dilatih.

3.     Model Talenta Berganda dari Taylor terutama di bidang kreatif-produktif dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.

4.      Model Treffinger untuk Mendorong Belajar Kreatif mengajukan tiga tingkat , mulai dari yang relatif sederhana sampai dengan yang majemuk untuk belajar kreatif.

5.     Model Enrichment Triad dari Renzulli memberikan kesempatan pengalaman pengayaan, dan khususnya menyelidiki masalah merupakan tantangan bagi siswa berbakat, namun semuanya dapat memupuk kreativitas.

6.     Model Williams tentang Perilaku Kognitif-Afektif di Dalam Kelas mengingatkan kita bahwa perilaku kreatif tidak hanya menuntut kemampuan berpikir kreatif, tetapi juga ciri-ciri afektif dari kreativitas.

7.     Model Taksonomi Sasaran Pendidikan Afektif dari Krathwohl menekankan pentingnya mengembangkan sistem nilai pada semua siswa dan khususnya siswa berbakat, yang mendasari perilaku secara konsisten. Hal ini penting untuk membantu mewujudkan kreativitas yang konstruktif dan tidak yang destruktif.

8.     Model Pendidikan Integratif dari Clark mengajukan konsep yang terpadu tentang kreativitas, yang memerkukan perpaduan antara fungsi berpikir, perasaan, pengindraan, dan firasat (intuisi)



Teknik dan pemecahan masalah secara kreatif

Terdapat 3 tingkat model belajar dan teknik kreatif menurut Treffinger. Pada tingkat I diperkenalkan teknik sumbang saran dan teknik daftar periksa atau pertanyaan yang mengacu gagasan . Namun sebelum menggunakan teknik kreatif didalam kelas ,perlu diciptakan suasana atau iklim yang kondusif untuk pemikiran dan sikap kreatif didalam kelas, perlu diciptakan suasana yang kondusif untuk pemikiran dan sikap kreatif yaitu dengan melakukan pemanasan ,mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban atau mendorong siswa mengajukan pertanyaan sendiri terhadap suatu masalah.

Ketiga teknik tersebut diantaranya :

1.         Teknik Tingkat I, untuk merangsang berpikir divergen, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan keterbukaan terhadap gagasan baru serta kepekaan terhadap masalah.

Teknik sumbang saran mempersyaratkan empat aturan dasar yaitu kebebasan dalam memberikan gagasan, tidak boleh memberi kritik pada tahap pencetusan gagasan, penekanan pada kuantitas dan kombinasi pengembangan gagasan. Teknik daftar periksa memberikan sejumlah kata kerja manipulatif untuk memudahkan pemberian gagasan yaitu modifikasi, penyesuaian dan menggabung.

2.    Teknik Tingkat II, melatih proses-proses pemikiran yang lebih majemuk, seperti yang dituntut pada teknik synectics, yaitu melatih untuk berpikir berdasarkan analogi dalam pemecahan masalah, diperkenalkan dalam penggunaan analogi fantasi, analogi langsung, dan analogi pribadi. Serta teknik futuristics, yaitu membantu mengantisipasi dan menciptakan masa depan. Keterampilan khususyang dapat digunakan dalam futuristic adalah menulis scenario ,  serta menggambar roda masa depan . 


3.    Teknik Tingkat III, menghadapkan siswa pada tantangan dan masalah nyata. Pendekatan pertama adalah Pemecahan masalah secara kreatif (pmk)yang meliputi 5 tahap yaitu :  didahuli oleh pemikiran dan perasaan kacau ketika masalah masih samar, yang kemudian diikuti oleh tahap penemuan fakt, penemuan masalah, penemuan gagasan ,penemuan solusi dan penemuan penerimaan .

Selasa, 22 Oktober 2013

KONSEP PERFORMA KREATIVITAS KELOMPOK 4




Kami dari kelompok 4 pada performa kreativitas akan mempresentasikan video berupa proses pembuatan kue. Kelompok kami membuat nama 'khusus' untuk kue ini,yaitu "creativity chocolate cake".Nah kenapa kami menyebut konsep ini sebagai performa kreatif? karena menurut kelompok kami , membuat kue bukanlah proses yang mudah seperti yang kita bayangkan , diperlukan keterampilan dan ketekunan untuk menghasilkan kue yang 'sesuai', ditambah lagi pada saat proses menghias kue , dibutuhkan ide-ide kreatif untuk  menghasilkan penampilan kue yang terlihat menarik.
Disini terlebih dahulu kami akan menjelaskan bagaimana proses 'kreatif' ini berlangsung . Pertama sekali kami akan membeli bahan yang akan dibutuhkan untuk proses pembuatan kue (dan akan kami dokumentasikan!) , lalu kami akan pergi ke salah satu rumah dari anggota kelompok kami, kemudian disanalah kami akan bekerja keras untuk menghasilkan "creativity chocolate cake" tersebut, yang mana prosesnya meliputi memanggang dan menghias kue.
Sekian pemaparan singkat mengenai konsep performa kreativitas kami . SEE YOU &  WAIT FOR OUR NEXT VIDEO , GUYS :)

Ditinjau dari teori 4p:

  Person :

Berdasarkan aspek ini, kreativitas merupakan ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif inilah yang mencerminkan originalitas dari masing-masing individu.

Menurut Hulbeck (1945) tindakan kreatif muncul  dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Dimensi kepribadian atau motivasi meliputi ciri – ciri dorongan untuk berpartisipasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam mengahadapi rintangan , serta pengambilan risiko yang moderat. Berdasarkan definisi pribadi adalah berasal dari diri kami sendiri, yang mana kami berusaha keras untuk membuat tugas karya kreatif yang diberikan oleh Dosen Pengampu , dengan menggunakan seluruh kemampuan berpikir kreatif sehingga menghasilkan karya yang kreatif dan terbaik. 

      Process :
Aspek ini menyatakan bahwa anak dapat mengembangkan kreativitas jika diberikan kebebasan untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif dan diberikan waktu untuk bersibuk diri secara kreatif.
Definisi mengenai proses yang terkenal adalah definisi Torrance (1988) tentang kreativitas yang pada dasarnya meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan menyampaikan hasil. Menurut saya, definisi proses itu sendiri mengacu pada bagaimana kita berproses dalam  mempersiapkan diri dalam pemecahan masalah dengan belajar berpikir. Dalam pengembangan kreativitas  seseorang perlu diberikan kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif  serta diberikan kebebasan dalam mengekspresikan diri sendiri.
Dari definisi proses adalah dimulai dari proses kami dalam berpikir untuk menciptakan suatu karya yang kreatif dan inovatif, dilanjutkan dengan proses pembuatan karya yang kreatif dengan menggunakan seluruh kemampuan yang kami miliki dan pada akhirnya akan menghasilkan suatu karya yang kreatif
    
            Press :
Jika dikaitkan dengan aspek ini -di mana pada aspek ini menyatakan bahwa seseorang akan menghasilkan suatu produk kreativitas karena adanya dorongan yang berasal dari diri (motivasi intrinsik) dan dorongan yang berasal dari luar, seperti lingkungan, keluarga, sekolah, dll
Bakat kreatif seseorang akan terwujud dalam lingkungan yang mendukung , tetapi dapat pula terhambat dalam lingkungan yang tidak menunjang . Jadi menurut pendapat saya pribadi, definisi press ini sendiri mengacu pada dorongan yang ada dalam diri individu (motivasi intrinsik), maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik), yang mana dorongan tersebut sangat membantu dalam perkembangan kreativitas.
Pendorong yang paling utama adalah dari diri kami sendiri (internal) yang mempunyai usaha dan kerja keras dalam menghasilkan suatu karya kreatif. Sedangkan pendorong lainnya berasal dari luar seperti halnya keluarga kami, yang mendukung untuk menghasilkan produk yang kreatif,selain itu juga adanya pendorong dari luar berupa nilai yang diberikan Dosen Pengampu,sehingga dengan adanya pendorong tersebut kami terus berusaha keras untuk menghasilkan karya yang terbaik .
     
         Produk :
Dan aspek yang terakhir ini adalah aspek yang menyatakan bahwa kondisi anak yang memungkinkan untuk menghasilkan produk yang kreatif adalah kondisi dimana adanya dukungan yang berasal dari luar dan juga diperlukan adanya motivasi yang berasal dari individu tersebut.
Menurut Haefele (1962), kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru yang mempunyai makna sosial . sedangkan menurut definisi Barron kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Menurut Rogers (dalam Vernon 1982), kriteria dari produk kreatif adalah; produk itu harus nyata,baru dan merupakan hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingungannya. Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan kondisi  lingkungan, yaitu sejauh mana keduanya mendorong(press)  seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses kegiatan kreatif.
Produk yang kami hasilkan adalah karya kreatif berupa video mengenai proses pembuatan “chocolate cake”

Selasa, 15 Oktober 2013

Analisis Diri berdasarkan Peranan Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat

Peranan Keluarga
Dalam membantu anak mewujudkan kreativitas mereka, anak perlu dilatih dalam keterampilan mereka, anak perlu dilatih dalam keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat atau talenta mereka. Pendidik terutama orang tua perlu menciptakan iklim yang merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif anak, serta menyediakan sarana prasarana.

Berdasarkan Penelitian Decay (1989) : Keluarga yang memiliki remaja yang kreatif, tidak banyak aturan yang diberikan atau diberlakukan dibandingkan keluarga yang biasa. Orang tua yang merasa anaknya kreatif, akan mendorong dan memberikan banyak kesempatan agar si anak dapat mengembangkan bakat.
Gaya hidup orang tua juga berpengaruh dalam perkembangan kreativitas anak. Humor juga merupakan ciri yang sering tampil dalam keluarga kreatif.

d    Dampak Sikap Orang tua terhadap Kreativitas Anak
1. Beberapa faktor penentu 
     Ada beberapa faktor penentu bagaimana sikap orang tua secara langsung mempengaruhi  kreativitas anak menurut Amabile;
j      a. Kebebasan
          Orang tua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cenderung mempunyai
          anak kreatif. Mereka tidak otoriter, tidak selalu mau mengawasi anak, dan mereka tidak terlalu membatasi kegiatan anak. Mereka juga tidak terlalu cemas mengenai anak mereka.
       b. Respek
           Anak yang kreatif biasanya mempunyai orang tua yang menghormati mereka sebagai individu, percaya akan kemampuan mereka, dan menghargai keunikan anak.
       c. Kedekatan Emosional yang Sedang
           Kedekatan emosional yang terlalu dekat dan yang bermusuhan sama-sama memiliki dampak yang buruk bagi kreativitas anak.
       d. Prestasi, Bukan Angka
           Orang tua mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya-karya yang baik. Tapi mereka tidak terlalu menekankan nilai tinggi, melainkan mempunyai imajinasi dan kejujurn.
       e. Orang Tua Aktif dan Mandiri
            Bagaimana sikap orang tua terhadap diri sendiri amat penting, karena orang tua menjadi model utama bagi anak.
        f. Menghargai Kreativitas
           Anak akan cenderung melalukan hal-hal yang kreatif jika diberikan dukungan dan dihargai atas apa yang dilakukan oleh anak. 
   
         Menurut saya, kedua orang tua saya ialah orang tua yang otoritatif dimana saya bisa mengeluarkan pendapat dengan bebas namun terarah karena dibatasi dengan peraturan-peraturan yang sudah ditentukan. Orang tua saya dapat menghargai pendapat yang saya berikan. Memberikan saya kesempatan untuk mengungkapkan pendapat jika membahas suatu masalah. Jika saya ingin mengambil keputusan dalam masalah pribadi, orang tua saya dapat memberikan waktu kepada saya untuk berfikir mana yang terbaik untuk diri saya namun akan selalu diarahkan oleh kedua orang tua. Jika saya sudah yakin dan merasa bisa tanggung jawab akan keputusan yang akan saya ambil, orang tua memberikan kebebasan kepada saya untuk mengambil keputusan sendiri. Orang tua juga selalu mendorong saya untuk mempertanyakan hal-hal yang tidak saya ketahui agar dapat menambah wawasan terhadap diri saya sendiri. Mereka juga meyakinkan saya bahwa apapun yang saya lakukan dan apapun yang saya hasilkan adalah bentuk usaha yang patut mereka hargai. Orang tua saya selalu mendukung kegiatan yang dari dulu saya jalani. Dari saya mengikuti kegiatan bela diri, bermain alat musik, dan lainnya. Orang tua saya juga memberikan pujian jika saya pantas untuk dipuji, jika saya berbuat kesalahan maka saya akan dimarahi oleh mereka. Orang tua juga mendorong kemandirian kepada saya untuk belajar dan bekerja. Harus memiliki rasa tanggung jawab untuk melalukan pekerjaan apapun. Orang tua saya selalu melatih hubungan kerja sama yang baik terhadap saya. 
      Kondisi keluarga otoritatif yang dapat saya uraikan di atas, menurut saya memungkinkan anak untuk membantu mengembangkan kreativitasnya. Karena sikap kedua orang tua saya dapat mempengaruhi perkembangan saya. Karna saya diberikan kebebasan namun tetap dikontrol oleh orang tua saya, maka saya memiliki kebebasan untuk menjadi anak kreatif bukan hanya di dalam lingkungan rumah saja, melainkan di lingkungan luar juga.

      Peranan Sekolah
   Semua anak di sekolah memerlukan guru yang baik, tidak hanya anak berbakat. Guru menentukan tujuan dan sasaran belajar, membantu dalam pembentukan nilai pada anak (nilai hidup, nilai moral, nilai sosial), memilih pengalaman belajar, menentukan metode atau strategi mengajar, dan yang penting, menjadi model perilaku bagi siswa.
      Menurut Davis (1987) menyebutkan ciri-ciri sebagai berikut :
  •       Sikap demokratis
  •       Ramah dan memberi perhatian perorangan
  •       Sabar
  •       Minat luas
  •       Penampilan yang menyenangkan  
  •       Adil
  •       Tidak memihak
  •       Rasa humor
  •       Memberi perhatian pada masalah anak
  •       Kemahiran luar biasa dalam mengajar subjek tertentu
           Strategi Mengajar
      Dalam kegiatan mengajar sehari-hari dapat digunakan sejumlah strategi khusus yang dapat meningkatkan kreativitas.
          1. Penilaian
              Penilaian guru terhadap pekerjaan murid menurut Amabile (1989) mungkin merupakan pembunuh kreativitas paling besar.
              Pertama, memberikan umpan balik yang berarti daripada evaluasi yang abstrak dan tidak  jelas.
        Kedua, melibatkan siswa dalam menilai pekerjaan mereka sendiri dan belajar dari kesalahan mereka.
              Ketiga, penekanannya hendaknya terhadap "Apa yang telah kau pelajari?" Dan bukan pada "Bagaimana kau melakukannya?"
      Dalam kelas yang kreativitas, guru menilai pengetahuan dan kemajuan siswa melalui interaksi yang terus-menerus dengan siswa. Pekerjaan siswa dikembalikan dengan banyak catatan dari guru, terutama menampilkan segi-segi yang baik dan yang kurang baik dari pekerjaan siswa. Sistem ini membuat evaluasi lebih bersifat memberi informasi daripada mengawasi. Siswa melihat komentar guru tidak sebagai hadiah atau hukuman untuk mengawasinya, tetapi sebagai informasi yang berguna bagi belajar dan kinerja siswa.

      2. Hadiah
      Anak senang menerim hadiah dan kadang-kadang melakukan segala sesuatu untuk memperolehnya. Hadiah yang terbaik untuk pekerjaan yang baik adalah yang tidak berupa materi (intangible), seperti: senyuman atau anggukan, kata penghargaan, kesempatan untuk menampilkan dan mempersentasikan pekerjaan sendiri, dan pekerjaan tambahan. Jika iklim dikelas sedemikian  sehingga belajar menarik dan menyenangkan, makan pekerjaan tambahan dapat merupakan hadiah.
      3. Pilihan
      Berilah kesempatan anak untuk memilih. Kreativitas tidak akan berkembang jika anak hanya melakukan sesuatu dengan satu cara. Berilah kegiatan yang tidak berstruktur dalam struktur tertentu.

      Menurut saya, peranan sekolah dalam pembentukan kreatif dalam diri saya sangat berpengaruh oleh guru dan kegiatan dari sekolah. Saya mendukung tipe guru yang otoritatif yaitu memberikan kebebasan kepada murid namun tetap diarahkan dan dikontrol dengan baik, namun saya mendukung juga tipe guru yang otoriter yaitu sifat guru yang mengatur dan memberikan sedikit kebebasan. Karena di sekolahan saya dulu, terdapat murid-murid yang susah diatur sesuai dengan peraturan yang berlaku dan membuat kebebasan sesuka hati mereka. Seperti, kekantin pada saat jam pelajaran berlangsung, tidak memakai pakaian sekolah dengan lengkap dan lain sebagainya. Tetapi tipe guru yang otoritatif yang berperan dalam pembentukan kreativitas saya di sekolah. Karna saya diberikan kebebasan untuk berkreasi dibidang yang saya minati, kuasai, dan saya senangi.

      Peran Masyarakat
       Simonton (1978) memusatkan perhatian pada kondisi kebudayaan yang menunjang atau menghambat munculnya tokoh-tokoh unggul kreatif. Simonton membuat perbedaan kritis antara dua tahap dalam kehidupan pencipta, yaitu : 1) kejadian sosiokultural yang dapat mempunyai pengaruh terhadap masa produktivitas pencipta. 2) kejadian sosiokultural yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan pencipta.
      Menurut Simonton masa perkembangan anak dan remaja sampai kedewasa cenderung lebih nyata dipengaruhi oleh kejadian eksternal daripada masa masa produktivitas khusus yang kebal terhadap kejadian eksternal, kecuali keadaan sakit fisik dan perang. Ia menemuka tujuh perubah yang mempengaruhi perkembangan kreatif seseorang yaitu: pendidikan formal, adanya model peran, Zeitgeist, fragmentasi politis, peperangan, gangguan sipil, dan ketidakstabilan politis.

     Menurut saya, peranan masyarakat seperti pekerja-pekerja diluar, tetangga, teman sebaya, juga berpengaruh untuk mengembangkan bakat kreatif di dalam diri saya. Dari melihat apa yang mereka lakukan, dapat menambah wawasan saya untuk mencoba lebih kreatif. Mempelajari hal-hal baru yang dilakukan masyarakat sekitar dapat membantu motivasi dan kemauan untuk membangun hal-hal lebih kreatif dan bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain. 

      KESIMPULAN
      Kesimpulan yang saya dapat mengenai ringkasan di atas ialah, peranan dari keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat bermanfaat buat diri saya. Karena masing-masing peranan memberikan dampak yang berbeda-beda. Saya juga dapat membangun kreativitas-kreativitas yang baru dari cara saya bersosialisasi dengan keluarga, guru, teman sebaya, masyarakat. Karena dari mereka, saya dapat belajar membangun moral yang baik agar dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk diri saya.

Minggu, 13 Oktober 2013

Kejutan yang kreatif

Tahun lalu pada tanggal 25 Januari 2012, ibu saya berulang tahun. Sebelum tanggal tersebut, saya sudah mulai berfikir untuk mencari ide kejutan yang sangat menarik dan berkesan untuk ibu saya. Dan saya juga bertanya-tanya kepada teman-teman terdekat untuk membantu saya mencari ide yang benar-benar luar biasa. Setelah menggabungkan ide-ide yang didapat, maka saya menemukan cara kejutan ulang tahun untuk ibu saya. Dan ini hasilnyaaa....


Jadi bisa dilihat di foto, di tengah-tengah ada kursi kecil dan diatas kursi ada kue ulang tahun. Kue tersebut di kelilingi oleh lilin-lilin. Ada 10 lilin dan lilin itu saya buat jadi bentuk "LOVE". Ini lah hasil ide kreatif yang dapat saya berikan kepada ibu saya. Dan yang seperti saya harapkan, ibu saya sungguh sangat terharu dan senang. Maaf jika gambarnya kurang jelas. Terima Kasih :)

Rabu, 25 September 2013

Orang yang Kreatif

Kali ini di kelas kreativitas, kami semua diberikan tugas untuk menceritakan siapa sih orang kreatif menurut masing-masing individu. Nah saya akan mulai menceritakan, siapa sih yang menurut saya orang yang kreatif itu, bahkan sangat kreatif!

Menurut saya, orang yang kreatif itu ialah adik saya sendiri. Namanya Carissa Febrini.
Di lihat dari pribadinya, ia seorang individu yang unik dan mudah untuk berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Karena ia seorang pribadi yang unik, ia selalu memiliki ide-ide untuk membuat sesuatu kreativitas yang bermanfaat. Selain itu, ia tidak gampang putus asa. Bila dia merasa gagal, dia akan mencobanya terus sampai bisa. Ia juga berani tampil beda dibandingkan dengan kawan-kawannya. Dia orang yang tidak peduli dengan perkataan jelek dari orang lain. Bidang seni nya pun sangat kuat. Dia suka bermain alat musik gitar. Dia juga senang bernyanyi sambil memainkan gitarnya.

Bakat kreatif yang ada dalam dirimya juga di dorong oleh lingkungan sekitarnya. Adanya dukungan dari orang tua, teman-temannya, dan saya sendiri sebagai kakaknya. Bakat kreatifnya dapat berkembang karena lingkungannya yang sangat mendukung. Adik saya berkuliah di Fakultas Teknik. Bakatnya dapat sepenuhnya di hasilkannya karena lingkungan di dalam kampusnya pun mendorong dia untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru, unik, dan bermanfaat. Seperti menggambar rumah, membuat maket, dan lainnya.

Untuk dapat mengembangkan kreativitasnya tersebut, dibutuhkam proses. Nah, tampak jelas proses yang dilakukan oleh adik saya. Mulai dari persiapan, inakubasi, iluminasini hingga verifikasi. Biasanya, ia selalu diam dulu sejenak, lalu duduk dan berfikir. Setelah itu, ia pergi mencari apa-apa saja yang dibutuhkannya untuk dapat memulai sesuatu yang sudah ada di dalam fikirannya. Lalu dis membuat konsep dan mulai mengerjakannya. Dan hasil dari pekerjaannya tersebut selalu mengagumkan.

Produk yang dihasil kan adik saya, bukannya terlalu bagus tetapi dia dapat menjadikan barang-barang yang biasa menjadi luar biasa. Cara dia mengerjakannya dengan unik, dan hasil-hasil pekerjaan yang luar biasa, dapat saya simpulkan bahwa adik saya ialah seorang yang kreatif.

Kamis, 06 Juni 2013

Tugas Pendidikan dari Kelompok 12 Hasil Observasi SMP HARAPAN 1 MEDAN




A.  IDENTITAS SEKOLAH
·      Nama Sekolah               : SMP Harapan 1 Medan
·      Alamat Sekolah             : Jalan Imam Bonjol
·      Uang Sekolah                : Rp.800.000,-
·      Konsep E-learning         : Teacher Learning Center
B.  URAIAN AKTIVITAS OBSERVASI
·      Hari Pelaksanaan           : Selasa
·      Waktu Pelaksanaan       : 4 Juni 2013
·      Pembagian Tugas           : Satu Kelompok dibagi dua regu
·      Narasumber                   : -

C.  LAPORAN HASIL OBSERVASI
I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang

E-learning merupakan proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dalam hal ini memanfaatkan media online seperti internet sebagai metode penyampaian, interaksi dan fasilitasi. Di dalamnya terdapat dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan. Selain itu juga tersedia rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh tiap peserta belajar, dan terdapat sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar. Penerapan e-learning di Indonesia semakin pesat, baik untuk bidang keilmuan yang umum ataupun untuk keilmuan yang khusus yang terdapat pada dunia perguruan tinggi. Dan dengan seiring perkembangan yang terjadi, e-learning bukan saja terbatas sebagai media untuk berbagi sumber atau bahan pengajaran, tetapi juga media untuk berbagi tugas, baik tugas individual maupun tugas kelompok.



II
LANDASAN TEORI

1.    E-LEARNING

Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.
Berikut pengertian e-learning menurut para ahli :
1.    E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain [Hartley, 2001].
2.    E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone [LearnFrame.Com, 2001].
3.    Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang Pe-ngajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN,atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
4.    Ong (dalam Kamarga, 2002)mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.


2.    TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
a.       Revolusi Teknologi
Revolusi teknologi adalah bagian dari masyarakat informasi dimana kita kini hidup. Orang menggunakan komputer, bolpoin, surat, dan telepon untuk berkomunikasi. Masyarakat informasi baru masih mengandalkan beberapa keahlian nonteknologi mendasar, seperti: keterampilan berkomunikasi, kemampuan memecahkan masalah, berpikir mendalam, berpikir kreatif, dan bersikap positif. Akan tetapi, di dunia yang kini berorientasi teknologi, kompetensi orang makin ditantang dan diperluas dengan cepat (Bitter & Pierson, 2002; Collis 7 Sakamoto, 1996; Nickerson, 2000).
Teknologi telah menjadi bagian dari sekolah selama beberapa dekade, tetapi teknologi masih dipakai secara sederhana dan berubah dengan lamban. Namun, kini teknologi berubah secara dramatis.
·         Internet adalah inti dari komunikasi melalui komputer. Sistem internet berisi ribuan jaringan komputer yang tergantung di seluruh dunia, menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses murid. Dalam banyak kasus, internet lebih banyak menyediakan informasi dibandingkan dengan buku teks.
·         World Wide Web (WWW) adalah sistem pengambilan informasi hypermedia yang menghubungkan berbagai materi internet; materi ini mencakup teks dan grafis. Web memberi struktur yang dibutuhkan Internet. Website adalah lokasi individu atau organisasi di Internet. Website menampilkan informasi yang dimasukkan oleh individu atau organisasi. E-mail adalah singkatan dari electronic mail dan merupakan bagian penting lain dari internet. Pesan dapat diterima dari individu atau dari banyak individu sekaligus.

b.      Masa Depan: Komputer di Mana-mana
Perhitungan pada awalnya dilakukan dengan komputer besar, yang dipakai bersama-sama oleh banyak orang (Bitter & Pierson, 2002). Beberapa pakar komputer percaya bahwa generasi komputer berikutnya—generasi ketiga—akan berupa ubiquitous computing, yang menekankan pada distribusi komputer ke lingkungan, ketimbang ke personal. Dalam lingkungan ini, teknologi akan menjadi latar belakang (Weiser, 2001). Ringkasnya, ubiquitous computing akan berupa dunia pasca-PC.
Ubiquitous adalah kebalikan dari realitas virtual. Jika realitas virtual menempatkan orang didalam dunia yang diciptakan komputer, ubiquitous computing akan memaksa komputer eksis di dunia manusia.

3.    TEACHER LEARNED-CENTERED
a.       Perencanaan Pelajaran Teacher-Centered
Tiga alat umum di sekolah yang berguna dalam perencanaan teacher-centered adalah menciptakan sasaran behavioral (perilaku), menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi (klasifikasi) instruksional.
1.    Menciptakan Sasaran Behavioral. Sasaran behavioral (behavioral objectives) adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert Mager (1962), sasaran behavioral harus spesifik. Mager percaya bahwa sasaran behvioral harus mengandung tiga bagian:
·         Perilaku murid. Fokus pada apa yang akan dipelajari atau dilakukan murid.
·         Kondisi di mana perilaku terjadi. Menyatakan bagaimana perilaku akan di evaluasi atau dites.
·         Kriteria kinerja. Menentukan level kinerja yang dapat diterima
Misalnya, guru mungkin menyusun sasaran behavioral berdasar gagasan bahwa murid akan mendeskripsikan lima sebab melemahnya Kekaisaran Inggris (perilaku murid). Guru berencana untuk memberi murid tes esai tentang topik ini. Dan, guru menentukan bahwa jika murid bisa menjelaskan empat atau lima sebab, maka ia sudah memenuhi kriteria kinerja.
2.    Menganalisis Tugas. Alat lain dalam perencanaan teacher-centered adalah analisis tugas, yang difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen (Alberto & Troutman, 1999). Analisis ini dapat melalui tiga langkah dasar (Moyer & Dardig, 1978):
·         Menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
·         Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil, kalkulator.
·         Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan.
3.    Menyusun Taksonomi Instruksional. Taksonomi instruksional juga membantu pendekatan teacher-centered. Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi Bloom dikembangkan oleh Benjamin Bloom, dkk (1956). Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga domain: kognitif, afektif, dan psikomotor.
Domain kognitif. Taksonomi kognitif Bloom mengandung enam sasaran
·         Pengetahuan. Murid punya kemampuan untuk mengingat informasi.
·         Pemahaman. Murid memahami informasi dan dapat menerangkannya dengan menggunakan kalimat mereka sendiri.
·         Aplikasi. Murid menggunakan pengetahuan untuk memecahkan problem kehidupan nyata.
·         Sintesis. Murid mengombinasikan elemen-elemen dan menciptakan informasi baru.
·         Evaluasi. Murid membuat penilaian dan keputusan yang baik.
Domain afektif. Taksonomi afektif terdiri dari lima sasaran yang berhubungan dengan respons emosional terhadap tugas (Krathwohl, Bloom, & Masia, 1964). Masing-masing dari lima sasaran itu mensyaratkan agar murid menunjukkan tingkat komitmen atau intensitas emosional tertentu:
·         Penerimaan. Murid mengetahui atau memerhatikan sesuatu di lingkungan.
·         Respons. Murid termotivasi untuk belajar dan menunjukkan perilaku baru sebagai hasil dari pengalamannya.
·         Menghargai. Murid terlibat atau berkomitmen pada beberapa pengalaman.
·         Pengorganisasian. Murid mengintegrasikan nilai baru ke perangkat nilai yang sudah ada dan memberi prioritas yang tepat.
·         Menghargai karakterisasi. Murid bertindak sesuai dengan nilai tersebut dan berkomitmennya kepada nilai tersebut.
Domain psikomotor. Kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas motor dengan pendidikan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis dengan tangan dan pengolahan kata, juga membutuhkan gerakan. Dalam sains, murid harus menggunakan peralatan yang kompleks; seni visual dan pahat membutuhkan koordinasi mata dan tangan. Sasaran psikomotor menurut Bloom adalah:
·         Gerak refleks. Murid merespons suatu stimulus secara refleks tanpa perlu banyak berpikir.
·         Gerak fundamental dasar. Murid melakukan dasar untuk tujuan tertentu.
·         Kemampuan perseptual. Murid menggunakan indra, seperti penglihatan, pendengaran, atau sentuhan, untuk melakukan sesuatu.
·         Kemampuan fisik. Murid mengembangkan daya tahan, kekuatan, fleksibilitas, dan kegesitan.
·         Gerakan tertarik. Murid melakukan keterampilan fisik yang kmpleks dengan lancar.
·         Perilaku nondiskusif. Murid mengomunikasikan perasaan dan emosinya melalui gerak tubuh.


4.    MANAJEMEN KELAS
a.       Pengertian Manajemen Kelas
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “Management”. Karena, terbawa oleh derasnya arus penambahan kata pungut kedalam Bahasa Indonesia, maka istilah Inggris tersebut kemudian di Indonesia menjadi “Manajemen”. Arti dari Manajemen adalah pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan/sasaran yang diinginkan. Maka, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan/manajemen adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien.
Sedangkan kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi siswa. Disamping itu, Hadari Nawawi juga memandang kelas dari dua sudut, yakni:
·         Kelas dalam arti sempit: ruangan yang dibatas oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
·         Kelas dalam arti luas: suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Jadi, DR. Hadari Nabawi berpendapat bahwa Manajemen Kelas diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah, sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.

b.      Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan manajemen kelas pada hakikatnya telah terkandun dalam tujuan pendidikan, baik secara umum maupun khusus. Adapun tujuan dari manajemen kelas adalah:
·         Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
·         Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya.
·         Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.
            Jadi, manajemen kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi didalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan tujuan manajemen kelas secara khusus dibagi menjadi dua yaitu tujuan untuk siswa dan guru.
Tujuan untuk siswa:
·         Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung-jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
·         Membantu siswa untuk mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
·         Membangkitkan rasa tanggung-jawab untuk melibatkan diri dalam tugas maupun pada kegiatan yang diadakan.
            Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pada manajemen kelas adalah setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib, sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Tujuan untuk guru:
·         Untuk mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.
·         Untuk dapat menyadari akan kebutuhan siswa dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.
·         Untuk mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang mengganggu.
·         Untuk memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang muncul didalam kelas.
            Maka dapat disimpulkan bahwa agar setiap guru mampu menguasai kelas dengan menggunakan berbagai macam pendekatan dengan menyesuaikan permasalahan yang ada, sehingga tercipta suasana yang kondusif, efektif dan efisien.

c.       Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Prinsip penataan kelas
Berikut ini empat prinsip dasar yang dapat dipakai untuk menata kelas (Everton, Emmer, & Worsham, 2003):
·         Kurangi kepadatan ditempat lalu-lalang.
·         Pastikan bahwa Anda dapat dengan mudah melihat semua murid.
·         Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses.
·         Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.

Gaya Penataan
·         Gaya auditorium tradisional
Penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Gaya auditorium ini sering kali dipakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi ke kelas.
·         Gaya tatap muka (face to face)
Murid saling menghadap. Gangguan dari murid lain akan lebih besar pada susunan ini ketimbang pada susunan auditorial.
·         Gaya off-set
Sejumlah murid biasanya tiga atau empat anak duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan satu sama lain. Gangguan dalam gaya ini lebih sedikit ketimbang gaya tatap muka dan dapat efektif untuk kegiatan pembelajaran kooperatif.
·         Gaya seminar
Sejumlah murid (10 atau lebih) duduk disusunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U. Ini terutama efektif ketika Anda ingin agar murid berbicara satu sama lain atau bercakap-cakap dengan Anda.
·         Gaya klaster
Sejumlah murid biasanya empat sampai delapan anak bekerja dalam kelompok kecil. Susunan ini terutama efektif untuk aktivitas pembelajaran kooperatif.

III
OBJEK PENELITIAN

            Objek Penelitian yang kami teliti adalah para murid SMP Harapan 1 Medan Kelas VIIIB dan VIIA dan kami juga melakukan observasi pada daerah-daerah di dekat lokasi SMP Harapan 1 Medan.
IV
JADWAL PENELITIAN

Hari                 : Selasa
Tanggal           : 4 Juni 2013
Anggota          :
1.      Kurnia Boby Safarov Hasibuan (121301054)
2.      Natassa Febrini (121301080)
3.      Riyan Kurnia Aswari (121301060)
4.      Suci Aripurnami (121301094)
5.      Anissa Avinda Ahmad (121301102)

V
PELAKSANAAN
NO
WAKTU
KETERANGAN
1
08.00 WIB
Seluruh Anggota kelompok berkumpul di tempat
2
08.15 WIB
Mengkonfirmasi kepada pihak yang terkait untuk melakukan observasi
3
08.50 WIB
Anggota kelompok dibagi 2
Regu pertama melakukan observasi di kelas VIIIB
Regu kedua melakukan observasi di kelas VIIA
Waktu observasi di dalam kelas 40 menit (1 jam mata pelajaran)
4
09.30 WIB
Selesai melakukan observasi di kelas
5
09.40 WIB
Melakukan observasi di sekitar lokasi SMP Harapan 1 Medan
6
10.30 WIB
Selesai melakukan observasi di lingkungan sekolah
7
11.00 WIB
Melakukan evaluasi terhadap hasil observasi


                                                 SUASANA DIDALAM KELAS



VI
LAPORAN PENELITIAN

1.    Di Luar Kelas
SMP Harapan 1 Medan memiliki kondisi gedung yang bagus dan fasilitas-fasilitas penunjang bagi pembelajarannya juga sangat baik dan bagus.
Namun kondisi SMP yang bergabung dengan TK, SD, SMA dan Perguruan Tinggi cukup menghasilkan polusi suara di daerah sekolah.
2.    Di Dalam Kelas
a.       Fasilitas :
·         Air Conditioner
·         Lampu
·         Proyektor
·         Speaker
·         Laptop
b.      Metode Pembelajaran : Teacher Center Learning
Pada saat pembelajaran berlangsung di kelas guru menjelaskan dengan metode ceramah dan diskusi. Panduan yang dipakai adalah dari file yang dimiliki oleh guru dan di jelaskan oleh guru. Setelah itu guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa-siswanya. Namun, di kelas lain kebanyakan para murid dan guru memakai waktu belajarnya dengan mengerjakan soal-soal karena akan mendekati ujian. Selain itu materi juga sudah di pelajari semua.
c.   Gaya Penataan
Gaya Auditorium Tradisional, dimana penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Gaya auditorium ini sering kali dipakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi ke kelas. Gaya penataan ini yang digunakan didalam kelas yang telah kami observasi.

VII
RANGKUMAN HASIL OBSERVASI

1.    Rangkuman Menurut Kelompok
·      Proses pembelajaran menggunakan metode ceramah dan diskusi dan juga terdapat reinforcement bagi siswa-siswa yang aktif. Hal ini agar siswa lebih senang dan fokus dalam belajar. Hal ini sesuai dengan teori operan conditioning.
·      Orientasi belajar yang dilakukan dikelas ditentukan oleh setiap guru yang mengajar, namun kebanyakan guru masih menggunakan metode teacher learning centered (TCL) di mana guru sebagai pengontrol dan fasilisator yang memberikan seluruh materi sedangkan siswanya hanya menerima materi. Seperti di kelas biologi, guru hanya memberikan penjelasan sedangkan siswanya hanya menerima pembelajaran. Namun,ada beberapa guru yang mulai mnerapkan metode student learning centered (SCL) di mana murid berusaha sendiri untuk memperoleh pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
·      Berdasarkan hasil wawancara kami, kami menyimpulkan bahwa murid-murid termotivasi tinggi dengan adanya konsep e-learning yang dilakukan oleh beberapa guru.
·      Bedasarkan desain kelas yang ada, kondisinya sangat menungjang pembelajaran yang efektif bagi para murid-murid dan perlengkapan yang ada untuk membantu proses pembelajaran mudah di akses, sehingga tidak menganggu kenyamanan siswa ketika belajar.

2.    Testimoni

1.        KURNIA BOBY SAFAROV HASIBUAN ( 12-054 )
Menurut pengamatan saya, berbagai sarana dan prasarana maupun metode-metode yang terdapat di SMP Harapan 1 Medan sangat bagus dalam menunjang proses pembelajaran bagi para siswa-siswa SMP Harapan 1 Medan. Sehingga, sudah sewajarnya para putra-putri bangsa yang menimba ilmu si SMP Harapan 1 Medan memiliki intelektualitas ataupun integritas di atas rata-rata.
2.        RIYAN KURNIA ASWARI( 12-060 )
Menurut saya, observasi yang dilakukan sangat bermanfaat bagi kami, karena menurut saya, observasi yang kami lakukan lebih membuat pemahaman kami tentang teori-teori yang sebelumnya kami perlajari menjadi lebih baik.dan juga mengenai konsep e-learning yang ada di SMP Harapan 1 Medan sangat baik peranannya dalam membantu para siswa-siswi untuk memahami teori-teori yang dipelajarinya.
3.        NATASSA FEBRINI (121301080)
Menurut pendapat saya, observasi yang kami lakukan di SMP HARAPAN 1 MEDAN sangat bermanfaat terutama bagi saya, karena menurut saya, konsep belajar yang langsung terjun ke lapangan itu lebih baik dan dapat menambah wawasan kita secara pribadi. Sehingga pemahaman untuk konsep dan teori belajar jauh lebih baik. Menurut saya, penggunaan konsep e-learning ini baik bagi proses pembelajaran di sekolah, karena siswa akan lebih mudah mencari informasi-informasi baru dengan adanya koneksi internet. Konsep e-learning ini dapat meningkatkan motivasi siswa-siswi dan pemahan mereka jauh lebih mudah dan lebih baik. Disamping itu, fasilitas yang sangat mendukung membuat para siswa-siswi senang belajar lebih giat dan sekolah yayasan pendidikan harapan  memperlihatkan akreditas yang tinggi sehingga siswa-siswi yang ingin memasuki sekolah tersebut diharapkan dapat memiliki prestasi yang baik.
4.        SUCI ARIPURNAMI (121301094)
Setelah saya mengikuti observasi di SMP HARAPAN1 Medan, menurut saya pembelajaran sistem e-learning sudah sepenuhnya menggunakan pembelajaran tersebut. Karena konsep e-learning sangat memudahkan bagi siswa-siswi untuk belajar dan dapat menambah motivasi mereka untuk mencari bahan-bahan yang diperlukan.
5.        ANISSA AVINDA AHMAD (121301102)

Ketika saya memasuki sekolah yang saya observasi yaitu SMP HARAPAN 1 MEDAN, saya langsung dapat melihat peranan teknologi dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut. Sebab, di beberapa kelas yang saya lewati, gurunya menerangkan materi pembelajaran dengan menggunakan proyektor di mana proyektor adalah salah satu teknologi yang mendukung terjadinya proses belajar e-learning. Tetapi dikelas yang saya masuki tidak menggunakan proyektor, hanya membahas soal-soal saja. Dikarenakan masa ujian yang sebentar lagi dihadapi oleh siswa siswi.