Kamis, 14 November 2013

Performa Kreativitas Pribadi

Gelang dari Tali Sepatu

Saya pernah membuat gelang dari tali sepatu. Ide itu muncul karena saya melihat ada tali sepatu yang tidak dipakai, maka muncullah ide untuk membuat gelang. Dan kebetulan saya sangat suka memakai gelang. Lalu saya mulai mencoba-coba membuatnya. Dan ini hasilnyaaa......


Nah, selanjutnya saya akan mengaitkan performa ini dengan teori yang telah saya pelajari di kelas kreativitas, yaitu teori 4P. Berikut adalah penjabarannya..


1.     Pribadi
Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif ialah yang mencerminkan individu tersebut.  
Saya adalah pribadi yang sangat suka membuat sesuatu yang menurut saya akan menjadi sesuatu yang unik. Ide-ide pun muncul ketika saya sedang berdiam diri dikamar. Saya termasuk orang yang suka menyendiri dikamar. Jika saya lihat ada barang yang nganggur atau sudah tidak dipakai lagi, saya suka mencoba-mencoba menggunakan bahan-bahan yang ada agar menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan. Pada saat saya sendirianlah ide-ide kreatif itu pun mulai bermunculan. Salah satu contohnya seperti membuat gelang dari tali sepatu.

2.    Pendorong
Bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorangan dan dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri untung menghasilkan sesuatu. Adanya dorongan dari luar seperti lingkungan, sekolah, dan keluarga sangat  berperan. Tetapi yang paling berperan untuk mendorong motivasi yang saya miliki ini adalah diri saya sendiri. Karna saya merasa memiliki motivasi yang kuat. Jika saya sudah berniat melakukan sesuatu, maka harus saya lakukan sampai tuntas. Itulah motivasi yang saya tanamkan dari dulu. Orang tua pun selalu mendukung jika saya ingin membeli barang-barang yang unik atau lucu-lucu. Karena mereka cukup mengetahui bakat yang saya miliki. Dan yang saya hasilkanpun, dapat saya berikan kepada keluarga terdekat seperti adik dan kedua orangtua saya. Gelang yang saya buat dari tali sepatu itu pernah saya berikan kepada adik saya.

3.    Proses
Untuk mengembangkan kreativitas, anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif dengan membantu sarana prasarana yang diperlukan. Dalam aspek ini, menurut pengalaman saya, dilingkungan keluarga maupun dilingkungan sekolah sama-sama memberikan kebebasan kepada saya untuk dapat mengeksplorasi hasil-hasil dari ide kreatif saya. Kedua orang tua saya juga memberikan waktu dan tempat kepada saya agar saya bisa berkonsentrasi saat saya berfikir dan memulai membuat barang-barang yang unik. Dan pada saat saya masih duduk dibangku SMP, ada salah satu pelajaran yaitu "prakarya". Nah di pelajaran itulah saya mengembangkan bakat-bakat dari bahan yang diberikan oleh sekolah. Dan saya pernah menunjukkan salah satu buatan saya sendiri yaitu gelang dari tali sepatu dan guru saya memberikan respon yang sangat baik bahkan saya diberikan reward karna saya dianggap salah satu anak yang kreatif.

4.    Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauhmana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses kreatif. Dari hasil yang saya lakukan, sangat jelas sekali produk yang saya hasilkan dari kondisi pribadi saya sendiri. Karna saya sangat senang melakukan hal-hal tersebut, membuat karya-karya yang bermanfaat bukan hanya untuk diri saya saja melainkan buat orang lain.

Dari hasil coba-coba ide yang saya punya tersebut, akhirnya jadilah gelang yang menurut saya sangat menarik. Dari campuran warna hijau, biru, dan ungu. Dan sangat bermanfaat untuk saya. Jika ada barang-barang yang tidak dipakai, menurut saya sangat disayangkan jika dibuang karena kita bisa membuat sesuatu yang unik dan menarik. Hanya tinggal berfikir untuk mengeluarkan ide-ide yang kreatif. Mungkin bisa di coba-coba oleh teman-teman dirumah :)

Rabu, 13 November 2013

Resume Pembelajaran dan Teknik Kreatif


Kurikulum berdiferensiasi untuk siswa berbakat

      Kurikulum adalah serangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Departemen pendidikan dan kebudayaan 1994:4).


  Kurikulum Berdiferensiasi


            Kurikulum umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak pada umumnya, sedangkan kurikulum berdeferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan dalam minat dan kemampuan anak didik (Utami munandar,1992) . Untuk melayani kebutuhan pendidikan anak berbakat perlu diusahakan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu yang memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual siswa (Ward,1980). Kurikulum berdiferensiasi bertujuan memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual siswa.

Beberapa unsur pokok yang perlu diperhatikan dalam kurikulum berdeferensiasi untuk siswa berbakat (clark,1983) :

·         Materi yang lebih maju
·         Bekerja dengan konsep dan proses pemikiran   yang abstrak
·         Mencipta informasi dan produk baru
·         Pengembangan dari pertumbuhan pribadi dalam sikap an Perasaan

Sisk (1987) merumuskan asas kurikulum yang berdeferensiasi yang dikembangkan oleh Leadership Training Institute sebagai berikut :

·         Menyampaikan materi yang berhubungan dengan tema yang luas
·         Memadukan banyak disiplin dalam bidang studi
·         Mengembangkan keterampilan belajar yang mandiri atau diarahkan kepada diri sendiri

  Modifikasi Kurikulum
      Maker (1982) menekankan bahwa kurikulum anak harus dimodifikasi agar memperoleh pembelajaran yang sesuai, diantaranya adalah lingkungan belajar, konten pembelajaran, proses atau metode pembelajaran dan proses belajar siswa. Dengan demikian siswa berbakat menjadi pelajar yang aktif dalam lingkungan yang memupuk perkembangan keterampilan dan kemampuan baru.
            Hal yang perlu dimodifikasi ialah:
1.    Modifikasi konten kurikulum
2.    Modifikasi Proses/metode pembelajaran
3.    Modifikasi produk belajar
4.    Memilih modifikasi yang sesuai
5.    Modifikasi lingkungan belajar
6.    Rencana Kurikuler


 Ilmu pengetahuan alam untuk siswa berbakat


v  Sains (IPA) dan dan matematika amat penting dalam pendidikan siswa saat ini dan memerlukan pengembangan tesu menerus. Memenuhi kebutuhan siswa berbakat dalam sains (IPA) dan matematika penting untuk kesejahteraan masyarakat dan individu

v  Bahasa tidak hanya merupakan alat sosialisasi tetapi juga sebagai dassar perkembangan kecerdasan. Pembelajaran bahasa menekankan pengarahan diei,keterampilan kreatif produktif, abstraksi dan pemikiran tingkat tinggi serta penggunaan tema yang luas dalam prestasi materi.

v  Dalam pembelajaran IPS untuk siswa berbakat,penekanannya adalah memberikan siswa berbakat, alat untuk memberikan sumbangan orisinal terhadap masyarakat dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.


Model belajar mengajar kreatif

Banyak model belajar mengajar yang dapat digunakan dan bermanfaat bagi ssiswa pada umumnya dan khususnya bagi siswa berbakat di dalam kelas.  Berikut ini 8 model yang dapat memberikan sumbangan bermankan bagi pendidikan siswa berbakat, khususnya yang berkenaan dengan pengembangan kreativitas. Untuk kurikulum yang komprehensif model dapat digabung untuk digunakan dalam tujuan tertentu .

Khususnya untuk pengembangan kreativitas anak berbakat , setiap model itu diantaranya :

1.     Taksonomi Bloom tentang Sasaran Pendidikan Ranah Kognitif memungkinkan peningkatan berpikir kreatif melalui sintesis.

2.     Model Struktur Intelek dari Guilford, melalui kategori berpikir divergen, aspek-aspek seperti kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi dalam berpikir dapat dilatih.

3.     Model Talenta Berganda dari Taylor terutama di bidang kreatif-produktif dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.

4.      Model Treffinger untuk Mendorong Belajar Kreatif mengajukan tiga tingkat , mulai dari yang relatif sederhana sampai dengan yang majemuk untuk belajar kreatif.

5.     Model Enrichment Triad dari Renzulli memberikan kesempatan pengalaman pengayaan, dan khususnya menyelidiki masalah merupakan tantangan bagi siswa berbakat, namun semuanya dapat memupuk kreativitas.

6.     Model Williams tentang Perilaku Kognitif-Afektif di Dalam Kelas mengingatkan kita bahwa perilaku kreatif tidak hanya menuntut kemampuan berpikir kreatif, tetapi juga ciri-ciri afektif dari kreativitas.

7.     Model Taksonomi Sasaran Pendidikan Afektif dari Krathwohl menekankan pentingnya mengembangkan sistem nilai pada semua siswa dan khususnya siswa berbakat, yang mendasari perilaku secara konsisten. Hal ini penting untuk membantu mewujudkan kreativitas yang konstruktif dan tidak yang destruktif.

8.     Model Pendidikan Integratif dari Clark mengajukan konsep yang terpadu tentang kreativitas, yang memerkukan perpaduan antara fungsi berpikir, perasaan, pengindraan, dan firasat (intuisi)



Teknik dan pemecahan masalah secara kreatif

Terdapat 3 tingkat model belajar dan teknik kreatif menurut Treffinger. Pada tingkat I diperkenalkan teknik sumbang saran dan teknik daftar periksa atau pertanyaan yang mengacu gagasan . Namun sebelum menggunakan teknik kreatif didalam kelas ,perlu diciptakan suasana atau iklim yang kondusif untuk pemikiran dan sikap kreatif didalam kelas, perlu diciptakan suasana yang kondusif untuk pemikiran dan sikap kreatif yaitu dengan melakukan pemanasan ,mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban atau mendorong siswa mengajukan pertanyaan sendiri terhadap suatu masalah.

Ketiga teknik tersebut diantaranya :

1.         Teknik Tingkat I, untuk merangsang berpikir divergen, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan keterbukaan terhadap gagasan baru serta kepekaan terhadap masalah.

Teknik sumbang saran mempersyaratkan empat aturan dasar yaitu kebebasan dalam memberikan gagasan, tidak boleh memberi kritik pada tahap pencetusan gagasan, penekanan pada kuantitas dan kombinasi pengembangan gagasan. Teknik daftar periksa memberikan sejumlah kata kerja manipulatif untuk memudahkan pemberian gagasan yaitu modifikasi, penyesuaian dan menggabung.

2.    Teknik Tingkat II, melatih proses-proses pemikiran yang lebih majemuk, seperti yang dituntut pada teknik synectics, yaitu melatih untuk berpikir berdasarkan analogi dalam pemecahan masalah, diperkenalkan dalam penggunaan analogi fantasi, analogi langsung, dan analogi pribadi. Serta teknik futuristics, yaitu membantu mengantisipasi dan menciptakan masa depan. Keterampilan khususyang dapat digunakan dalam futuristic adalah menulis scenario ,  serta menggambar roda masa depan . 


3.    Teknik Tingkat III, menghadapkan siswa pada tantangan dan masalah nyata. Pendekatan pertama adalah Pemecahan masalah secara kreatif (pmk)yang meliputi 5 tahap yaitu :  didahuli oleh pemikiran dan perasaan kacau ketika masalah masih samar, yang kemudian diikuti oleh tahap penemuan fakt, penemuan masalah, penemuan gagasan ,penemuan solusi dan penemuan penerimaan .