Kurikulum
berdiferensiasi untuk siswa berbakat
Kurikulum adalah serangkat
rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Departemen pendidikan dan
kebudayaan 1994:4).
Kurikulum
Berdiferensiasi
Kurikulum umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak pada
umumnya, sedangkan kurikulum berdeferensiasi merupakan jawaban terhadap
perbedaan dalam minat dan kemampuan anak didik (Utami munandar,1992) . Untuk
melayani kebutuhan pendidikan anak berbakat perlu diusahakan pendidikan yang
berdiferensiasi, yaitu yang memberi pengalaman pendidikan yang
disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual siswa (Ward,1980). Kurikulum
berdiferensiasi bertujuan memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan
minat dan kemampuan intelektual siswa.
Beberapa unsur pokok
yang perlu diperhatikan dalam kurikulum berdeferensiasi untuk siswa berbakat
(clark,1983) :
·
Materi yang lebih maju
·
Bekerja dengan konsep dan proses pemikiran
yang abstrak
·
Mencipta informasi dan produk baru
·
Pengembangan dari pertumbuhan pribadi dalam sikap an
Perasaan
Sisk (1987)
merumuskan asas kurikulum yang berdeferensiasi yang dikembangkan oleh
Leadership Training Institute sebagai berikut :
·
Menyampaikan materi yang berhubungan dengan tema yang
luas
·
Memadukan banyak disiplin dalam bidang studi
·
Mengembangkan keterampilan belajar yang mandiri atau
diarahkan kepada diri sendiri
Modifikasi Kurikulum
Maker (1982) menekankan bahwa kurikulum anak harus dimodifikasi agar memperoleh
pembelajaran yang sesuai, diantaranya adalah lingkungan belajar, konten
pembelajaran, proses atau metode pembelajaran dan proses belajar siswa. Dengan
demikian siswa berbakat menjadi pelajar yang aktif dalam lingkungan yang
memupuk perkembangan keterampilan dan kemampuan baru.
Hal yang perlu dimodifikasi ialah:
1. Modifikasi konten kurikulum
2. Modifikasi Proses/metode
pembelajaran
3. Modifikasi produk belajar
4. Memilih modifikasi yang sesuai
5. Modifikasi lingkungan belajar
6. Rencana Kurikuler
Ilmu pengetahuan alam
untuk siswa berbakat
v Sains (IPA) dan
dan matematika amat
penting dalam pendidikan siswa saat ini dan memerlukan pengembangan tesu
menerus. Memenuhi kebutuhan siswa berbakat dalam sains (IPA) dan matematika
penting untuk kesejahteraan masyarakat dan individu
v Bahasa tidak
hanya merupakan alat sosialisasi tetapi juga sebagai dassar perkembangan
kecerdasan. Pembelajaran bahasa menekankan pengarahan diei,keterampilan kreatif
produktif, abstraksi dan pemikiran tingkat tinggi serta penggunaan tema yang
luas dalam prestasi materi.
v Dalam
pembelajaran IPS untuk
siswa berbakat,penekanannya adalah memberikan siswa berbakat, alat untuk
memberikan sumbangan orisinal terhadap masyarakat dan menjadi warga negara yang
bertanggung jawab.
Model
belajar mengajar kreatif
Banyak model belajar
mengajar yang dapat digunakan dan bermanfaat bagi ssiswa pada umumnya dan
khususnya bagi siswa berbakat di dalam kelas. Berikut ini 8 model yang
dapat memberikan sumbangan bermankan bagi pendidikan siswa berbakat, khususnya
yang berkenaan dengan pengembangan kreativitas. Untuk kurikulum yang
komprehensif model dapat digabung untuk digunakan dalam tujuan tertentu .
Khususnya untuk
pengembangan kreativitas anak berbakat , setiap model itu diantaranya :
1. Taksonomi Bloom tentang Sasaran Pendidikan Ranah
Kognitif memungkinkan peningkatan berpikir kreatif melalui sintesis.
2. Model Struktur Intelek dari Guilford, melalui kategori
berpikir divergen, aspek-aspek seperti kelancaran, kelenturan, orisinalitas,
dan elaborasi dalam berpikir dapat dilatih.
3. Model Talenta Berganda dari Taylor terutama di bidang
kreatif-produktif dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.
4. Model
Treffinger untuk Mendorong Belajar Kreatif mengajukan tiga tingkat , mulai dari
yang relatif sederhana sampai dengan yang majemuk untuk belajar kreatif.
5. Model Enrichment Triad dari Renzulli memberikan
kesempatan pengalaman pengayaan, dan khususnya menyelidiki masalah merupakan
tantangan bagi siswa berbakat, namun semuanya dapat memupuk kreativitas.
6. Model Williams tentang Perilaku Kognitif-Afektif di
Dalam Kelas mengingatkan kita bahwa perilaku kreatif tidak hanya menuntut
kemampuan berpikir kreatif, tetapi juga ciri-ciri afektif dari kreativitas.
7. Model Taksonomi Sasaran Pendidikan Afektif dari
Krathwohl menekankan pentingnya mengembangkan sistem nilai pada semua siswa dan
khususnya siswa berbakat, yang mendasari perilaku secara konsisten. Hal ini
penting untuk membantu mewujudkan kreativitas yang konstruktif dan tidak yang
destruktif.
8. Model Pendidikan Integratif dari Clark mengajukan
konsep yang terpadu tentang kreativitas, yang memerkukan perpaduan antara
fungsi berpikir, perasaan, pengindraan, dan firasat (intuisi)
Teknik
dan pemecahan masalah secara kreatif
Terdapat 3 tingkat
model belajar dan teknik kreatif menurut Treffinger. Pada tingkat I
diperkenalkan teknik sumbang saran dan teknik daftar periksa atau pertanyaan
yang mengacu gagasan . Namun sebelum menggunakan teknik kreatif didalam kelas
,perlu diciptakan suasana atau iklim yang kondusif untuk pemikiran dan sikap
kreatif didalam kelas, perlu diciptakan suasana yang kondusif untuk pemikiran
dan sikap kreatif yaitu dengan melakukan pemanasan ,mengajukan pertanyaan yang
memberikan kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban atau mendorong siswa
mengajukan pertanyaan sendiri terhadap suatu masalah.
Ketiga teknik
tersebut diantaranya :
1. Teknik Tingkat I, untuk
merangsang berpikir divergen, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan keterbukaan
terhadap gagasan baru serta kepekaan terhadap masalah.
Teknik sumbang saran
mempersyaratkan empat aturan dasar yaitu kebebasan dalam memberikan gagasan, tidak
boleh memberi kritik pada tahap pencetusan gagasan, penekanan pada kuantitas
dan kombinasi pengembangan gagasan. Teknik daftar periksa memberikan sejumlah
kata kerja manipulatif untuk memudahkan pemberian gagasan yaitu modifikasi,
penyesuaian dan menggabung.
2. Teknik Tingkat II, melatih
proses-proses pemikiran yang lebih majemuk, seperti yang dituntut pada teknik
synectics, yaitu melatih untuk berpikir berdasarkan analogi dalam pemecahan
masalah, diperkenalkan dalam penggunaan analogi fantasi, analogi langsung, dan
analogi pribadi. Serta teknik futuristics, yaitu membantu mengantisipasi dan
menciptakan masa depan. Keterampilan khususyang dapat digunakan dalam
futuristic adalah menulis scenario , serta menggambar roda masa depan
.
3. Teknik Tingkat III, menghadapkan
siswa pada tantangan dan masalah nyata. Pendekatan pertama adalah Pemecahan
masalah secara kreatif (pmk)yang meliputi 5 tahap yaitu : didahuli oleh
pemikiran dan perasaan kacau ketika masalah masih samar, yang kemudian diikuti
oleh tahap penemuan fakt, penemuan masalah, penemuan gagasan ,penemuan solusi
dan penemuan penerimaan .
keren ya kak tassa..bisa dwifungsi gituu..
BalasHapustrus tali sepat,unya ga bisa pakai lagi ya..?