PERKEMBANGAN FAMILY SYSTEMS THERAPY
Pada
1960an dan 1970an, pendekatan psikodinamik, behavior dan pendekatan
humanistis (masing-masing disebut kekuatan pertama, kedua dan ketiga)
mendominasi teori dan konsep konseling dan psikoterapi, termasuk pada konseling keluarga. Dewasa ini, berbagai pendekatan dapat digunakan pada sistem keluarga sehingga mengakibatkan adanya pergeseran paradigma yang dapat bahkan disebut sebagai ‘kekuatan keempat’. Saat ini telah banyak terapis yang secara kreatif menggunakan berbagai macam perspektif/pendekatan ketika menjalankan terapi.
Dalam perkembangannya, Family Systems Therapy mengalami beberapa inovasi yang berhubungan dengan beberapa tokoh kunci Family Systems Therapy. Beberapa perkembangan tersebut antara lain sebagai berikut.
a) Adlerian Family Therapy
Pendekatan yang digunakannya dalam Adlerian family therapy ialah
pendekatan sistemis yang telah lama digunakannya sebelum teori-teori
tersebut diaplikasikan dalam dunia psikoterapi. Konseptualisasi yang
dicetuskan Adler dapat ditemukan di dalam prinsip-prinsip dan praktek
model yang lainnya.
Dalam
Corey (2009) dijelaskan bahwa Adler adalah orang pertama yang mengamati
perkembangan anak di dalam konstelasi keluarga (frase yang digunakan
untuk sistem keuangan) yang sangat dipengaruhi oleh urutan kelahiran,
dan urutan kelahiran tersebut mempunyai konsistensi terhadap
masing-masing posisi. Adler juga menjelaskan bahwa setiap perilaku
mempunyai tujuan, dan anak-anak seringkali bertindak dalam pola yang
dimotivasi oleh keinginan untuk memiliki, bahkan ketika pola tersebut
salah atau sia-sia.
Dalam perkembangannya, Dudolf Dreikurs (1973) memperbaiki konsep Adler ke dalam tipologi dari tujuan yang salah (yang dibuat individu) dan menciptakan pendekatan terorganisasi terhadap terapi keluarga. Sebuah asumsi dasar dari Adlerian Family Therapy modern adalah baik orangtua ataupun anak seringkali terkunci di dalam pengulangan, interaksi negatif yang didasarkan pada kesalahan penetapan tujuan yang memotivasi semua pihak terlibat. Walaupun banyak Adlerian Family Therapy
yang dilakukan dalam sesi pribadi, Adler juga menggunakan model
pendidikan untuk konsultasi keluarga yang dilakukan pada forum publik
terbuka di sekolah, agensi masyarakat, dan secara khusus dirancang untuk
pusat pendidikan keluarga.
b) Multigenerasional Family Therapy
Murray Bowen adalah salah seorang pencetus aliran utama dalam Family Systems Therapy. Teori
sistem keluarga miliknya, merupakan model teoritis dan klinis yang
terlibat dari prinsip-prinsip dan praktek psikoanalitis, disebut juga
terapi keluarga multi generasional. Bowen beserta
timnya mengimplementasikan sebuah pendekatan inovatif terhadap
penderita schizophrenia di Lembaga Nasional Kesehatan Mental. Dalam
pelaksanaannya, Bowen benar-benar ramah dengan seluruh keluarga,
sehingga sistem keluarga dapat menjadi fokus terapi.
Observasi yang dilakukan Bowen membawa dia pada ketertarikannya pada pola keluarga dalam lintas generasi. Dia berpendapat bahwa masalah yang terjadi pada salah seorang dalam keluarga tidak akan mengalami perubahan yang signifikan sampai pola hubungan dalam asal usul sebuah keluarga dipahami dan secara langsung ditantang untuk berubah. Multigenerasional family therapy ini beroperasi dengan dasar bahwa pola hubungan interpersonal yang dapat diprediksi berhubungan dengan fungsi dari anggota keluarga lintas
generasi. Menurut Kerr dan Bowen (1988), penyebab dari masalah
individual hanya dapat dipahami dengan melihat pada peranan keluarga
sebagai unit emosional. Diantara unit dalam keluarga, penyatuan secara emosional belum terselesaikan dalam satu keluarga harus diketahui jika ingin mencapai kematangan dan kepribadian yang unik. Masalah emosional tersebut akan terus terjadi dari generasi ke generasi sampai masalah tersebut dapat ditangani secara efektif. Perubahan harus terjadi pada setiap anggota keluarga lain dan tidak dapat diselesaikan hanya oleh seorang individu didalam ruang konseling.
Salah satu konsep Bowen dalam multigenerasional family therapy adalah triangulasi, sebuah proses dimana triad (tiga orang) menghasilkan pengalaman two-against-one.
Bower mengasumsikan bahwa triangulasi dapat terjadi secara mudah antara
anggota keluarga dan terapi atau konselor, merupakan alasan mengapa
Bowen sangat menekankan pada klien untuk menyadari isu keluarga mereka
sendiri (Kerr dan Bowen,1988). Kontribusi utama dari multigenerasional family therapy adalah ide diferensiasi diri. Diferensiasi diri melibatkan pemisahan sisi psikologis
dari inteleklual, emosi, dan ketergantungan diri kepada orang lain.
Dalam proses individualisasi, seorang individu memperoleh identitas
diri, dan memungkinkan keluarga mereka menerima tanggung jawab pribadi
terhadap pemikiran, perasaan, persepsi dan aksi yang mereka lakukan.
c) Human Validation Process Model
Ketika
Bowen mengembangkan pendekatannya, Virginia Satir (1983) mulai
menekankan pada hubungan keluarga. Pendekatan yang dicetuskannya mulai
membawanya untuk percaya pada
nilai dari sebuah kekuasaan , hubungan pengasuhan yang didasarkan pada
kesukaan dan pesona yang kuat dengan siapa saja yang dia peduli.
Satir memposisikan dirinya sebagai detektif yang berusaha mengajukan
dan mendengarkan refleksi penghargaan diri dalam berkomunikasi dengan
klien. Satir bekerja dengan gadis remaja, dirinya terkejut ketika
mengetahui bahwa komunikasi dan perilaku kliennya berubah ketika ibunya hadir. Saat dia membina hubungan mereka, mulai terjadi kembali pada si gadis remaja itu ketika ditanya soal ayahnya. Saat ayahnya hadir, komunikasi
dan perilaku ibu dan anak perempuan berubah. Berdasarkan kejadian ini,
Satir menemukan kekuatan dari terapi keluarga, pentingnya komunikasi
dalam interaksi keluarga, dan nilai dari validasi terapi dalam proses
perubahan (Satir dan Bitter, 2000 dlam Corey, 2009)).
Pengalaman
dan pendekatan humanis disebut dengan model proses validasi manusia,
dan tahapan kerja awal dengan keluarga dikenal dengan terapi keluarga
conjoint (Satir 1983). Satir dengan intuisi yang tinggi dan percaya bahwa spontanitas, kreativitas, humor, pengungkapan diri, pengambilan resiko, dan sentuhan pribadi; merupakan bagian dari family systems therapy. Dalam pandangannya, teknik tersebut adalah sekunder terhadap hubungan yang dikembangkan terapis dengan keluarga.
d) Experiential Family Therapy
Carl Whitaker adalah pelopor terapi keluarga berdasarkan pengalaman, dikenal juga dengan pendekatan experiential-symbolic; sebuah
aplikasi terapi eksistensial terhadap sistem keluarga, yang menekankan
pada pilihan, kebebasan, penentuan diri, pertumbuhan, dan aktualisasi
(Whitaker dan Bumberry, 1988). Seperti Satir dan pendekatan eksistensial
lainnya, Whitaker menekankan pada pentingnya hubungan antara keluarga
dengan terapis. Whitaker lebih konfrontatif dalam menanggapi “kenyataan” daripada Satir, yang lebih pada pengasuhan. Terhadap tujuan hidupnya, dia hanya melihat keluarga, dan bahkan mencoba berkomunikasi dan berasosiasi dengan keluarga.
Experiential Family Therapy
dilakukan untuk membuka topeng kepura-puraan dan menciptakan makna
baru, membebaskan anggota keluarga untuk menjadi diri sendiri. Whitaker
tidak mengajukan berbagai macam metode; yang membedakannya
yakni keterlibatan terapis dengan keluarga, dengan memunculkan reaksi
spontan (dari terapis atau konselor) terhadap situasi sekarang dan
dirancang untuk meningkatkan kesadaran klien, dan untuk membuka interaksi yang baru dengan keluarganya.
e) Structural-Strategic Family Therapy
Asal usul terapi sistem keluarga dapat di telusuri dari awal 1960an ketika Salvador Minuchin melakukan terapi, pelatihan dan penelitian pada anak remaja dari keluarga
miskin. Minuchin (1974) menjelaskan bahwa gejalan individual dapat
dipahami dari sudut pandang pola interaksi dengan keluarga dan bahwa
perubahan struktural harus terjadi dalam keluarga sebelum gejelan
individual tersebut dikurangi atau dieliminasi. Ada dua tujuan dari structural family therapy, yaitu: 1) mengurangi symptom disfungsi dan 2) membawa perubahan struktural dalam sistem dengan memodifikasi aturan keluarga dan mengembangkan batasan yang lebih tepat.
Dalam
akhir 1960an Jay Haley bergabung dengan Minuchin di Philadelphia Child
Guidance Clinic. Pada akhir 1970an, pendekatan struktural-strategis
paling banyak digunakan dalam family systems therapy. Model ini
berusaha mereorganisasi struktur disfungsional atau problematis dalam
keluarga, menetapkan batas, ketidakseimbangan, membuat kerangka ulang,
siksaan, dan pengumuman semuanya menjadi bagian dari proses terapi
keluarga. Tidak banyak berhubungan dengan eksplorasi atau interpretasi
masa lalu, tetapi lebih pada tipe pola interaksi, untuk mereorganisasi
subsistem atau hirarki keluarga, dan untuk memfasilitasi perkembangan
penggunaan transaksi yang lebih bermanfaat atau fleksibel.
Model
struktural dan strategis berbeda dalam hal bagaimana masing-masing
memandang masalah keluarga: Minuchin (1974) cenderung melihat kesulitan
keluarga dan individual sebagai gejala-gejala. Sementara Haley (1976)
melihat mereka sebagai masalah ‘riil’ yang membutuhkan jawaban ‘riil’.
Kedua model tersebut bersifat pengarahan, dan keduanya mengharap
terapis atau konselor untuk menguasai level keahlian tertentu untuk
melakukan proses terapi keluarga.
Pada
tahun 1974, Haley dan Cloe Madanes memulai Lembaga Terapi Keluarga di
Washington DC. Selama 15 tahun mereka menulis, mengembangkan dan
mempraktekkan terapi, dan memberikan pelatihan intensif dalam terapi
keluarga strategis. Pendekatan strategis mereka melihat masalah yang ada
sekarang sebagai riil dan metafora bagi fungsi sistem. Penekanan yang
besar diberikan kepada kekuasaan, kontrol, dan hirarki dalam keluarga
dan sesi terapi. Haley (1984) dan Madane (1981) lebih tertarik pada
aplikasi praktis intervensi strategis untuk memperbaiki masalah keluarga
daripada memformulasikan teori terapi berbeda dari model struktural.
Ini secara khusus terbukti pada model Madanes (1990) untuk bekerja
dengan keluarga yang memasukkan pelanggaran gender. Madanes membawa
perspektif humanistis kepada terapi strategis dengan mengalamatkan
perlunya cinta dan menekankan pada aspek terapi perawatan.
f) Recent Innovations
Dalam beberapa dekade yang lalu, feminism, multiculturalism, dan postmodern social constructionism
telah memasuki seluruh bidang terapi keluarga. Model ini lebih
kolaboratif, memperlakukan klien–individual, pasangan atau keluarga-
sebagai ahli dalam kehidupan mereka sendiri. Percakapan terapi mulai dengan konselor dalam "decentered" atau posisi "tidak-tahu" di mana klien didekati dengan rasa ingin tahu dan dengan perhatian. Terapis secara sosial aktif membantu klien dalam mengambil sikap menyesuiakan tindakan yang akan dilakukan terhadap budaya dominan yang menindas mereka.
Tom Andersen (1987, 1991) mempraktekkan family systems therapy di Norwegia Barat, dan pendekatan Family Systems Therapy didasarkan pada psikiatri constructionism sosial, Andersen telah mempelopori program kesehatan mental berbasis masyarakat dan melakukan sebuah pendekatan “reflections teams” terhadap family systems therapy.
B. Hakikat Manusia
Hakikat manusia dalam family systems therapy secara
singkat dapat dijelaskan bahwa manusia dalam perkembangan kehidupannya
akan selalu berhubungan dengan sistem kehidupan. Usaha untuk berubah
akan difasilitasi dengan sebaik-baiknya dengan mempertimbangkan hubungan
atau keluarga secara keseluruhan. Oleh karena itu, pendekatan
penanganan secara komprehensif ditujukan pada keluarga. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa keluarga merupakan unit interaksional, yang memiliki
sejumlah ciri unik sendiri, sehingga memungkinkan untuk terjadinya
penilaian yang kurang akurat dari perhatian secara individual tanpa
mengamati interaksi anggota keluarga lainnya. Meneliti dinamika internal
individu tidak hanya cukup memperhatikan hubungan interpersonal, karena
akan memberikan gambaran yang tidak lengkap.
Keluarga
memberikan konteks primer untuk memahami bagaimana individu berfungsi
dalam hubungan dengan orang lain dan bagaimana mereka berperilaku. Keluarga
dipandang sebagai unit fungsional lebih dari kumpulan peranan anggota.
Tindakan anggota keluarga secara individual akan mempengaruhi seluruh
anggota keluarga lainnya, dan interaksi mereka memiliki pengaruh timbal
balik untuk setiap individu dalam keluarga tersebut yang terjadi baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama. Goldenberg dan Goldenberg (2010) menunjukkan
perlunya seorang terapis atau konselor untuk melihat perilaku secara
menyeluruh, termasuk semua gejala yang diekspresikan oleh individu,
ditambahkannya, orientasi sistem tidak menghalangi untuk menangani
dinamika secara individu.
Sebagaimana dengan perkembangan individu, Family Systems dapat
dilihat sebagai suatu proses perkembangan yang berkembang dari waktu ke
waktu. Model perkembangan kehidupan keluarga meliputi family life cycle (siklus kehidupan keluarga) dan the family life spiral.
FAMILY LIFE CYCLE
Jay Haley (1993) merupakan orang pertaman yang memberikan penawarkan penjelasan secara rinci dari Family Life Cycle
(siklus kehidupan keluarga). Haley mengidentifikasi enam tahap
perkembangan, mulai dari masa saling mengenal hingga usia lanjut. Haley
tertarik dalam memahami kekuatan keluarga yang dimiliki oleh seorang
individu dan tantangan yang mereka hadapi ketika saat menjalani siklus
kehidupan. Haley memiliki hipotesis bahwa gejala-gejala dan disfungsi
yang muncul ketika ada gangguan dalam mengantisipasi siklus kehidupan
terjadi secara alamiah.
Seiring
waktu, ketegangan pasti akan muncul dalam keluarga karena adanya
perubahan perkembangan yang mereka hadapi (Smith & Schwebel, 1995).
Keluarga yang mengalami tekanan merupakan keluarga yang akan intens
untuk melakukan negosiasi antar anggota dalam hal-hal tertentu yang
dapat mempengaruhi proses transisi ke tahap selanjutnya dalam siklus
kehidupan keluarga mereka (Carter & McGoldrich 2004). Pada tingkatan
tertentu, tekanan ini dapat dilihat sebagai bagian dari respon keluarga
terhadap tantangan dan perubahan hidup mereka dalam proses melewati
siklus kehidupan mereka, misalnya, seorang pasangan mungkin akan
mengalami ketegangan untuk beberapa saat dengan orangtua mereka saat
pasangan tersebut akan melakukan proses transisi dengan kelahiran anak
pertama mereka. Pada tingkat lain, tekanan dimungkinkan muncul sebagai
hasil warisan multigenerasi keluarga yang dapat mempengaruhi dan
menentukan sikap keluarga, hal-hal yang dianggap tabu, harapan-harapan,
dan pelabelan-pelabelan, serta isu-isu yang dimuat, misalnya, selama
beberapa generasi terdapat penggambaran (dan bahkan mungkin telah
menjadi aturan) bahwa laki-laki tidak bisa dipercaya untuk mengurusi
keuangan, dan terdapat kemungkinan untuk terjadinya penekanan yang
dipaksakan jika tidak ada wanita.
Ketika
penekanan terjadi pada tingkat yang lebih tinggi, maka dimungkinkan
seluruh keluarga akan mengalami krisis yang akut. Terapis atau konselor
keluarga dapat menemukan kesulitan untuk menentukan sumber yang tepat
dari stres yang terjadi pada suatu keluarga, tanpa mengetahui dan
mengidentifikasi kondisi-kondisi lain yang juga berpengaruh terhadap
munculnya tekanan dan stres yang terjadi tersebut, baik yang telah
terjadi pada generasi-generasi sebelumnya maun yang sedang terjadi saat
ini.
THE FAMILY LIFE SPIRAL
Combrinck-Graham (1985) membangun suatu model nonlinier dari pengembangan strukutr keluarga yang disebut the family life spiral. Family life spiral
didalamnya mencakup berbagai macam tugas perkembangan dari tiga
generasi secara keseluruhan dan saling mempengaruhi satui dengan yang
lain. Isu perkembangan yang terjadi dalam setiap orang dapat dilihat kaitannya dengan anggota keluarga yang lainnya. Family life spiral jika digambarkan tampak seperti tornado yang terbalik. Family life spiral pada bagian atas menggambarkan kedekatan keluarga selama periode sentripetal dan pada bagian bawah tergambar mewakili periode sentrifugal dengan jarak yang lebih besar antara sesama anggota keluarga.
Centripetal Periods.
Kedekatan dalam kehidupan keluarga disebut dengan sentripetal untuk
menunjukkan berbagai kekuatan dalam sistem keluarga yang terus
dipertahankan secara bersama-sama (Combrinck-Graham, 1985). Centripetal Periods
(CPs) ditandai dengan orientasi batin yang membutuhkan sebuah ikatan
yang intens dan kohesif, misalnya anak usia dini, membesarkan anak, dan grandparenting.
Baik individu maupun anggota keluarga keluarga yang lain menekankan
kehidupan keluarga secara internal selama periode ini. Akibatnya,
batas-batas antara anggota menjadi lebih tersebar sehingga dapat
meningkatkan kerjasama antar anggota. Sebaliknya, berbeda dengan batas
internal yang tersebar kepada sesama anggota keluarga, batas-batas
eksternal terkesan menjadi lebih dibatasi dan seolah-olah sebuah
keluarga “membuat sarang” untuk dapat mengurus dirinya sendiri.
Centrifugal Periode.
Ketidakterikatan atau terpisah dalam kehidupan keluarga disebut
sentrifugal untuk menunjukkan dominasi kekuatan keluarga untuk menarik
keluarga terpisah (Combrinck-Graham, 1988). Centrifugal Periode
(CF) yang ditandai dengan orientasi ke luar dari sebuah keluarga. Dalam
periode ini, fokus pembangunan struktur keluarga adalah pada tugas-tugas
yang menekankan pada identitas pribadi dan otonomi, seperti remaja,
paruh baya, dan pensiun, seiring dengan hal tersebut, batas eksternal
keluarga menjadi longgar, struktur keluarga lama yang domodifikasi, dan
jarak antara anggota keluarga biasanya meningkat.
The Family Merry-Go-Round.
Istilah sentripetal dan sentrifugal dalam hal ini menunjukkan adanya
tarikan dan dorongan kekuatan dalam struktur kehidupan keluarga. Jika
dianalogikan, kekuatan ini hampir sama dengan proses mengendarai komidi
putar. Keluarga berada dalam proses terus-menerus untuk saling mendorong
dan menarik guna menyesuaikan diri dengan berbagai macam peristiwa
kehidupan. Periode dalam keluarga dapat beralih dari periode sentripetal
menjadi periode sentrifugal bergantung pada tugas perkembangan yang
akan dicapai dalam suatu tahapan siklus kehidupan keluarga tersebut.
Sebuah keluarga biasanya akan mencapai satu siklus setiap 25 tahun.
Periode ini merupakan waktu untuk menghasilkan generasi baru. Dalam
setiap siklus keluarga yang terjadi, anggota keluarga yang berbeda akan
mengalami pergeseran. Pergeseran dalam perkembangan ini disebut dengan oscillations
yang memberikan kesempatan bagi anggota keluarga untuk melatih
kedekatan dan dan keterlibatan dirinya dalam periode sentripetal dan
kemandirian dalam periode sentrifugal (Combrinck-Graham, 1985).
Implications for Practice. Periode
sentripetal maupun sentrifugal mendefinisikan kondisi patologis.
Periode ini menggambarkan gaya hubungan keluarga pada tahap tertentu
dalam family life spriral. Pembentukan suatu respon tertentu muncul ketika ada anggota keluarga yang dihadapkan dengan suatu peristiwa di luar antisipasi family life spiral.
Misalnya, kematian mendadak, kelahiran anak cacat, penyakit kronis,
atau perang. Bagi beberapa keluarga, tekanan akan muncul terkait dengan
hal-hal tersebut. Intensitas dan durasi kecemasan keluarga akan
mempengaruhi kemampuan keluarga untuk membuat transisi yang diperlukan.
Tujuan terapi keluarga adalah untuk membantu keluarga melewati krisis
yang terjadi selama masa transisi, sehingga dapat melanjutkan ke tahap
berikutnya dalam proses kehidupan keluarga tersebut.