·
Nama Sekolah : SMP Harapan 1 Medan
·
Alamat Sekolah : Jalan Imam Bonjol
·
Uang Sekolah : Rp.800.000,-
·
Konsep
E-learning : Teacher Learning Center
B. URAIAN AKTIVITAS OBSERVASI
·
Hari Pelaksanaan : Selasa
·
Waktu Pelaksanaan : 4 Juni 2013
·
Pembagian Tugas : Satu Kelompok dibagi dua regu
C. LAPORAN HASIL OBSERVASI
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
E-learning merupakan
proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dalam hal ini memanfaatkan
media online seperti internet sebagai metode penyampaian, interaksi dan
fasilitasi. Di dalamnya terdapat dukungan layanan belajar yang dapat
dimanfaatkan oleh peserta belajar yang dapat membantu peserta belajar apabila
mengalami kesulitan. Selain itu juga tersedia rancangan sistem pembelajaran
yang dapat dipelajari/diketahui oleh tiap peserta belajar, dan terdapat sistem
evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar. Penerapan
e-learning di Indonesia semakin pesat, baik untuk bidang keilmuan yang umum
ataupun untuk keilmuan yang khusus yang terdapat pada dunia perguruan tinggi.
Dan dengan seiring perkembangan yang terjadi, e-learning bukan saja terbatas
sebagai media untuk berbagi sumber atau bahan pengajaran, tetapi juga media
untuk berbagi tugas, baik tugas individual maupun tugas kelompok.
II
LANDASAN TEORI
1.
E-LEARNING
Sistem pembelajaran
elektronik atau e-pembelajaran adalah cara baru dalam proses belajar mengajar.
E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid)
tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari
seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target
waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh
sebuah program studi atau program pendidikan.
Berikut pengertian
e-learning menurut para ahli :
1.
E-learning
merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan
ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan
komputer lain [Hartley, 2001].
2.
E-learning
adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung
belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer
standalone [LearnFrame.Com, 2001].
3.
Jaya
Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang Pe-ngajaran
dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN,atau internet)
untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
4.
Ong
(dalam Kamarga, 2002)mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar
asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan
belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
2.
TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
a.
Revolusi Teknologi
Revolusi teknologi
adalah bagian dari masyarakat informasi dimana kita kini hidup. Orang
menggunakan komputer, bolpoin, surat, dan telepon untuk berkomunikasi.
Masyarakat informasi baru masih mengandalkan beberapa keahlian nonteknologi
mendasar, seperti: keterampilan berkomunikasi, kemampuan memecahkan masalah, berpikir
mendalam, berpikir kreatif, dan bersikap positif. Akan tetapi, di dunia yang
kini berorientasi teknologi, kompetensi orang makin ditantang dan diperluas
dengan cepat (Bitter & Pierson, 2002; Collis 7 Sakamoto, 1996; Nickerson,
2000).
Teknologi telah menjadi
bagian dari sekolah selama beberapa dekade, tetapi teknologi masih dipakai
secara sederhana dan berubah dengan lamban. Namun, kini teknologi berubah
secara dramatis.
·
Internet adalah inti dari
komunikasi melalui komputer. Sistem internet berisi ribuan jaringan komputer
yang tergantung di seluruh dunia, menyediakan informasi yang tak terhingga yang
dapat diakses murid. Dalam banyak kasus, internet lebih banyak menyediakan
informasi dibandingkan dengan buku teks.
·
World Wide Web (WWW) adalah
sistem pengambilan informasi hypermedia yang menghubungkan berbagai materi
internet; materi ini mencakup teks dan grafis. Web memberi struktur yang
dibutuhkan Internet. Website adalah lokasi individu atau organisasi di
Internet. Website menampilkan informasi yang dimasukkan oleh individu atau
organisasi. E-mail adalah singkatan dari electronic mail dan merupakan bagian
penting lain dari internet. Pesan dapat diterima dari individu atau dari banyak
individu sekaligus.
b.
Masa Depan: Komputer di
Mana-mana
Perhitungan pada
awalnya dilakukan dengan komputer besar, yang dipakai bersama-sama oleh banyak
orang (Bitter & Pierson, 2002). Beberapa pakar komputer percaya bahwa
generasi komputer berikutnya—generasi ketiga—akan berupa ubiquitous computing,
yang menekankan pada distribusi komputer ke lingkungan, ketimbang ke personal.
Dalam lingkungan ini, teknologi akan menjadi latar belakang (Weiser, 2001).
Ringkasnya, ubiquitous computing akan berupa dunia pasca-PC.
Ubiquitous adalah
kebalikan dari realitas virtual. Jika realitas virtual menempatkan orang
didalam dunia yang diciptakan komputer, ubiquitous computing akan memaksa
komputer eksis di dunia manusia.
3.
TEACHER LEARNED-CENTERED
a.
Perencanaan Pelajaran
Teacher-Centered
Tiga alat umum di
sekolah yang berguna dalam perencanaan teacher-centered adalah menciptakan
sasaran behavioral (perilaku), menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi
(klasifikasi) instruksional.
1.
Menciptakan Sasaran Behavioral.
Sasaran behavioral (behavioral objectives) adalah pernyataan tentang perubahan
yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert
Mager (1962), sasaran behavioral harus spesifik. Mager percaya bahwa sasaran
behvioral harus mengandung tiga bagian:
·
Perilaku murid. Fokus pada apa
yang akan dipelajari atau dilakukan murid.
·
Kondisi di mana perilaku
terjadi. Menyatakan bagaimana perilaku akan di evaluasi atau dites.
·
Kriteria kinerja. Menentukan
level kinerja yang dapat diterima
Misalnya,
guru mungkin menyusun sasaran behavioral berdasar gagasan bahwa murid akan
mendeskripsikan lima sebab melemahnya Kekaisaran Inggris (perilaku murid). Guru
berencana untuk memberi murid tes esai tentang topik ini. Dan, guru menentukan
bahwa jika murid bisa menjelaskan empat atau lima sebab, maka ia sudah memenuhi
kriteria kinerja.
2.
Menganalisis Tugas. Alat lain
dalam perencanaan teacher-centered adalah analisis tugas, yang difokuskan pada
pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen
(Alberto & Troutman, 1999). Analisis ini dapat melalui tiga langkah dasar
(Moyer & Dardig, 1978):
·
Menentukan keahlian atau konsep
yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
·
Mendaftar materi yang
dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil, kalkulator.
·
Mendaftar semua komponen tugas
yang harus dilakukan.
3.
Menyusun Taksonomi
Instruksional. Taksonomi instruksional juga membantu pendekatan
teacher-centered. Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi Bloom
dikembangkan oleh Benjamin Bloom, dkk (1956). Taksonomi ini mengklasifikasikan
sasaran pendidikan menjadi tiga domain: kognitif, afektif, dan psikomotor.
Domain kognitif.
Taksonomi kognitif Bloom mengandung enam sasaran
·
Pengetahuan. Murid punya
kemampuan untuk mengingat informasi.
·
Pemahaman. Murid memahami
informasi dan dapat menerangkannya dengan menggunakan kalimat mereka sendiri.
·
Aplikasi. Murid menggunakan
pengetahuan untuk memecahkan problem kehidupan nyata.
·
Sintesis. Murid mengombinasikan
elemen-elemen dan menciptakan informasi baru.
·
Evaluasi. Murid membuat
penilaian dan keputusan yang baik.
Domain
afektif. Taksonomi afektif terdiri dari lima sasaran yang berhubungan dengan
respons emosional terhadap tugas (Krathwohl, Bloom, & Masia, 1964).
Masing-masing dari lima sasaran itu mensyaratkan agar murid menunjukkan tingkat
komitmen atau intensitas emosional tertentu:
·
Penerimaan. Murid mengetahui
atau memerhatikan sesuatu di lingkungan.
·
Respons. Murid termotivasi
untuk belajar dan menunjukkan perilaku baru sebagai hasil dari pengalamannya.
·
Menghargai. Murid terlibat atau
berkomitmen pada beberapa pengalaman.
·
Pengorganisasian. Murid
mengintegrasikan nilai baru ke perangkat nilai yang sudah ada dan memberi
prioritas yang tepat.
·
Menghargai karakterisasi. Murid
bertindak sesuai dengan nilai tersebut dan berkomitmennya kepada nilai
tersebut.
Domain
psikomotor. Kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas motor dengan
pendidikan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis dengan
tangan dan pengolahan kata, juga membutuhkan gerakan. Dalam sains, murid harus
menggunakan peralatan yang kompleks; seni visual dan pahat membutuhkan
koordinasi mata dan tangan. Sasaran psikomotor menurut Bloom adalah:
·
Gerak refleks. Murid merespons
suatu stimulus secara refleks tanpa perlu banyak berpikir.
·
Gerak fundamental dasar. Murid
melakukan dasar untuk tujuan tertentu.
·
Kemampuan perseptual. Murid
menggunakan indra, seperti penglihatan, pendengaran, atau sentuhan, untuk
melakukan sesuatu.
·
Kemampuan fisik. Murid
mengembangkan daya tahan, kekuatan, fleksibilitas, dan kegesitan.
·
Gerakan tertarik. Murid
melakukan keterampilan fisik yang kmpleks dengan lancar.
·
Perilaku nondiskusif. Murid
mengomunikasikan perasaan dan emosinya melalui gerak tubuh.
4.
MANAJEMEN KELAS
a.
Pengertian Manajemen Kelas
Pengelolaan merupakan
terjemahan dari kata “Management”. Karena, terbawa oleh derasnya arus penambahan
kata pungut kedalam Bahasa Indonesia, maka istilah Inggris tersebut kemudian di
Indonesia menjadi “Manajemen”. Arti dari Manajemen adalah pengelolaan,
penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai tujuan/sasaran yang diinginkan. Maka, dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan/manajemen adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang
dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien.
Sedangkan kelas menurut
pengertian umum dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi
fisik dan pandangan dari segi siswa. Disamping itu, Hadari Nawawi juga
memandang kelas dari dua sudut, yakni:
·
Kelas dalam arti sempit:
ruangan yang dibatas oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk
mengikuti proses belajar mengajar.
·
Kelas dalam arti luas: suatu
masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai
satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja unit kerja yang secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu
tujuan.
Jadi, DR. Hadari Nabawi
berpendapat bahwa Manajemen Kelas diartikan sebagai kemampuan guru atau wali
kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang
seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
kreatif dan terarah, sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan
secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan
kurikulum dan perkembangan murid.
b.
Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan manajemen kelas
pada hakikatnya telah terkandun dalam tujuan pendidikan, baik secara umum
maupun khusus. Adapun tujuan dari manajemen kelas adalah:
·
Agar pengajaran dapat dilakukan
secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
·
Untuk memberi kemudahan dalam
usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya.
·
Untuk memberi kemudahan dalam
mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan
pengajaran pada masa mendatang.
Jadi,
manajemen kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi didalam kelompok kelas
yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai
dengan kemampuannya. Sedangkan tujuan manajemen kelas secara khusus dibagi
menjadi dua yaitu tujuan untuk siswa dan guru.
Tujuan untuk siswa:
·
Mendorong siswa untuk
mengembangkan tanggung-jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan
untuk mengontrol diri sendiri.
·
Membantu siswa untuk mengetahui
tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran
guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
·
Membangkitkan rasa
tanggung-jawab untuk melibatkan diri dalam tugas maupun pada kegiatan yang
diadakan.
Maka
dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pada manajemen kelas adalah setiap anak
dikelas dapat bekerja dengan tertib, sehingga segera tercapai tujuan pengajaran
secara efektif dan efisien.
Tujuan untuk guru:
·
Untuk mengembangkan pemahaman
dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang
tepat.
·
Untuk dapat menyadari akan
kebutuhan siswa dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas
kepada siswa.
·
Untuk mempelajari bagaimana
merespon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang mengganggu.
·
Untuk memiliki strategi
remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungan dengan
masalah tingkah laku siswa yang muncul didalam kelas.
Maka
dapat disimpulkan bahwa agar setiap guru mampu menguasai kelas dengan
menggunakan berbagai macam pendekatan dengan menyesuaikan permasalahan yang
ada, sehingga tercipta suasana yang kondusif, efektif dan efisien.
c.
Mendesain Lingkungan Fisik
Kelas
Prinsip penataan kelas
Berikut ini empat
prinsip dasar yang dapat dipakai untuk menata kelas (Everton, Emmer, &
Worsham, 2003):
·
Kurangi kepadatan ditempat
lalu-lalang.
·
Pastikan bahwa Anda dapat
dengan mudah melihat semua murid.
·
Materi pengajaran dan
perlengkapan murid harus mudah diakses.
·
Pastikan murid dapat dengan
mudah melihat semua presentasi kelas.
Gaya Penataan
·
Gaya auditorium tradisional
Penataan ini membatasi kontak murid tatap
muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Gaya auditorium ini sering kali
dipakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi ke kelas.
·
Gaya tatap muka (face to face)
Murid saling menghadap. Gangguan dari murid
lain akan lebih besar pada susunan ini ketimbang pada susunan auditorial.
·
Gaya off-set
Sejumlah murid biasanya tiga atau empat anak
duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan satu sama lain. Gangguan dalam
gaya ini lebih sedikit ketimbang gaya tatap muka dan dapat efektif untuk
kegiatan pembelajaran kooperatif.
·
Gaya seminar
Sejumlah murid (10 atau lebih) duduk
disusunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U. Ini terutama
efektif ketika Anda ingin agar murid berbicara satu sama lain atau
bercakap-cakap dengan Anda.
·
Gaya klaster
Sejumlah murid biasanya empat sampai delapan
anak bekerja dalam kelompok kecil. Susunan ini terutama efektif untuk aktivitas
pembelajaran kooperatif.
III
OBJEK PENELITIAN
Objek
Penelitian yang kami teliti adalah para murid SMP Harapan 1 Medan Kelas VIIIB
dan VIIA dan kami juga melakukan observasi pada daerah-daerah di dekat lokasi
SMP Harapan 1 Medan.
IV
JADWAL PENELITIAN
Hari :
Selasa
Tanggal : 4 Juni
2013
Anggota :
1. Kurnia Boby Safarov Hasibuan
(121301054)
2. Natassa Febrini (121301080)
3. Riyan Kurnia Aswari (121301060)
4. Suci Aripurnami (121301094)
5. Anissa Avinda Ahmad (121301102)
V
PELAKSANAAN
NO
|
WAKTU
|
KETERANGAN
|
1
|
08.00 WIB
|
Seluruh Anggota kelompok berkumpul di tempat
|
2
|
08.15 WIB
|
Mengkonfirmasi kepada pihak yang terkait untuk melakukan
observasi
|
3
|
08.50 WIB
|
Anggota kelompok dibagi 2
Regu pertama melakukan observasi di kelas VIIIB
Regu kedua melakukan observasi di kelas VIIA
Waktu observasi di dalam kelas 40 menit (1 jam mata pelajaran)
|
4
|
09.30 WIB
|
Selesai melakukan observasi di kelas
|
5
|
09.40 WIB
|
Melakukan observasi di sekitar lokasi SMP Harapan 1 Medan
|
6
|
10.30 WIB
|
Selesai melakukan observasi di lingkungan sekolah
|
7
|
11.00 WIB
|
Melakukan evaluasi terhadap hasil observasi
|
VI
LAPORAN PENELITIAN
1.
Di Luar Kelas
SMP Harapan 1 Medan
memiliki kondisi gedung yang bagus dan fasilitas-fasilitas penunjang bagi
pembelajarannya juga sangat baik dan bagus.
Namun kondisi SMP yang
bergabung dengan TK, SD, SMA dan Perguruan Tinggi cukup menghasilkan polusi
suara di daerah sekolah.
2.
Di Dalam Kelas
a.
Fasilitas
:
·
Air Conditioner
·
Lampu
·
Proyektor
·
Speaker
·
Laptop
b.
Metode
Pembelajaran : Teacher Center Learning
Pada saat
pembelajaran berlangsung di kelas guru menjelaskan dengan metode ceramah dan
diskusi. Panduan yang dipakai adalah dari file yang dimiliki oleh guru dan di
jelaskan oleh guru. Setelah itu guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada
siswa-siswanya. Namun, di kelas lain kebanyakan para murid dan guru memakai
waktu belajarnya dengan mengerjakan soal-soal karena akan mendekati ujian.
Selain itu materi juga sudah di pelajari semua.
c. Gaya Penataan
Gaya Auditorium Tradisional, dimana penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Gaya auditorium ini sering kali dipakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi ke kelas. Gaya penataan ini yang digunakan didalam kelas yang telah kami observasi.
Gaya Auditorium Tradisional, dimana penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Gaya auditorium ini sering kali dipakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi ke kelas. Gaya penataan ini yang digunakan didalam kelas yang telah kami observasi.
VII
RANGKUMAN
HASIL OBSERVASI
1.
Rangkuman Menurut Kelompok
· Proses pembelajaran menggunakan metode ceramah dan
diskusi dan juga terdapat reinforcement bagi siswa-siswa yang aktif. Hal ini
agar siswa lebih senang dan fokus dalam belajar. Hal ini sesuai dengan teori
operan conditioning.
· Orientasi belajar yang dilakukan dikelas ditentukan oleh setiap guru yang mengajar, namun kebanyakan guru masih menggunakan metode teacher learning centered (TCL) di mana
guru sebagai pengontrol dan
fasilisator yang memberikan seluruh materi
sedangkan siswanya hanya menerima materi. Seperti di kelas biologi, guru hanya memberikan
penjelasan sedangkan siswanya hanya menerima pembelajaran. Namun,ada beberapa
guru yang mulai mnerapkan metode student
learning centered (SCL) di mana murid berusaha sendiri untuk memperoleh
pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
· Berdasarkan hasil wawancara kami, kami menyimpulkan
bahwa murid-murid termotivasi tinggi dengan adanya konsep e-learning yang
dilakukan oleh beberapa guru.
· Bedasarkan desain kelas yang ada, kondisinya sangat
menungjang pembelajaran yang efektif bagi para murid-murid dan perlengkapan yang ada untuk membantu proses
pembelajaran mudah di akses, sehingga tidak menganggu kenyamanan siswa ketika
belajar.
2.
Testimoni
1.
KURNIA BOBY SAFAROV
HASIBUAN ( 12-054 )
Menurut pengamatan saya, berbagai sarana
dan prasarana maupun metode-metode yang terdapat di SMP Harapan 1 Medan sangat
bagus dalam menunjang proses pembelajaran bagi para siswa-siswa SMP Harapan 1
Medan. Sehingga, sudah sewajarnya para putra-putri bangsa yang menimba ilmu si
SMP Harapan 1 Medan memiliki intelektualitas ataupun integritas di atas
rata-rata.
2.
RIYAN KURNIA ASWARI( 12-060 )
Menurut saya, observasi yang dilakukan
sangat bermanfaat bagi kami, karena menurut saya, observasi yang kami lakukan
lebih membuat pemahaman kami tentang teori-teori yang sebelumnya kami perlajari
menjadi lebih baik.dan juga mengenai konsep e-learning yang ada di SMP Harapan
1 Medan sangat baik peranannya dalam membantu para siswa-siswi untuk memahami
teori-teori yang dipelajarinya.
3.
NATASSA FEBRINI (121301080)
Menurut pendapat saya, observasi yang kami lakukan di SMP HARAPAN 1
MEDAN sangat bermanfaat terutama bagi saya, karena menurut saya, konsep belajar
yang langsung terjun ke lapangan itu lebih baik dan dapat menambah wawasan kita
secara pribadi. Sehingga pemahaman untuk konsep dan teori belajar jauh lebih
baik. Menurut saya, penggunaan konsep e-learning ini baik bagi proses
pembelajaran di sekolah, karena siswa akan lebih mudah mencari
informasi-informasi baru dengan adanya koneksi internet. Konsep e-learning ini
dapat meningkatkan motivasi siswa-siswi dan pemahan mereka jauh lebih mudah dan
lebih baik. Disamping itu, fasilitas yang sangat mendukung membuat para
siswa-siswi senang belajar lebih giat dan sekolah yayasan pendidikan
harapan memperlihatkan akreditas yang
tinggi sehingga siswa-siswi yang ingin memasuki sekolah tersebut diharapkan dapat memiliki
prestasi yang baik.
4.
SUCI ARIPURNAMI (121301094)
Setelah saya
mengikuti observasi di SMP HARAPAN1 Medan, menurut saya pembelajaran sistem
e-learning sudah sepenuhnya menggunakan pembelajaran tersebut. Karena konsep
e-learning sangat memudahkan bagi siswa-siswi untuk belajar dan dapat menambah
motivasi mereka untuk mencari bahan-bahan yang diperlukan.
5.
ANISSA AVINDA AHMAD (121301102)
Ketika saya
memasuki sekolah yang saya observasi yaitu SMP HARAPAN 1 MEDAN, saya langsung
dapat melihat peranan teknologi dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut.
Sebab, di beberapa kelas yang saya lewati, gurunya menerangkan materi
pembelajaran dengan menggunakan proyektor di mana proyektor adalah salah satu
teknologi yang mendukung terjadinya proses belajar e-learning. Tetapi dikelas
yang saya masuki tidak menggunakan proyektor, hanya membahas soal-soal saja.
Dikarenakan masa ujian yang sebentar lagi dihadapi oleh siswa siswi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar